Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2014

Akhwat yang menanti

Oleh : Azimah Rahayu. “Dua puluh satu kali, Mbak?”  mataku membulat. Takjub. Aku merentangkan kesepuluh jari tangan sambil melihat ke bawah ke arah telapak kaki yang terbungkus sepatu. 21! Bahkan seluruh jemari tangan dan kakiku pun tak cukup buat menghitungnya. “Itu selama berapa tahun, Mbak?” Aku bertanya lebih lanjut. “Hhmm, kurang lebih tujuh tahun terakhir!” sambutnya gi, ringan saja. Tak tampak pada raut wajahnya yang sudah mulai dihiasi kerut halus kesan malu, tertekan taupun stress. Wajah itu damai. Wajah itu tenang. Tak menyembunyikan luka apalagi derita. “Mbak… ehmm, maaf, tidak patah arang… sekian kali gagal?” Takut takut aku kembali bertanya dengan nada irih. Khawatir menyinggung perasaannya. Dia hanya kembali tersenyum. Tapi kali ini lebih lebar. Sumringah. Dia mengibaskan tangan, sebagai jawaban bahwa dia tak trauma dengan masalah itu. “Kalau sedih, kecewa, terluka… pasti pernah lah ada saat-saat seperti itu. Trauma…. sebenarnya pernah juga. Nyaris

hati-hati & jaga hati..

Berusahalah! kau sudah tahu obatnya ukhti,perbanyak dzikir agar cintamu makin meluas hanya untukNya. aku berusaha memahami apa yang kau rasakan tapi selama kau memeranginya,maka kau sedang menimbun pahala jihadmu. Bukankah menahan gejolak yang tak halal ini berpahala jihad? Sekali-kali batu karang yang raksasapun mampu pecah karena kemarahan ombak. Maka tak mungkin jika sekerat hati tak pernah retak atau patah, padahal telah banyak badai yang membenturnya. Seandainya aku sekerat hati,maka ia tak retak atau patah, tapi berdarah. Aku yang memegang pisaunya  aku sendiri yang menyayatnya lalu datang satu hati lain yang bersih,dan ia membawa jauh pisauku tanpa melumuri hatiku terlebih dahulu dengan ramuan penyembuh luka. Hidup ini akan lebih baik jika terpola, dan pola terbaik dalam hidup kita adalah agama kita,jika saya melakukan ini dan itu karena saya telah menemukan kebenaran dan menginginkan kehidupan selaras dengan pola agama. Ya Allahu robbi

HIJRAH

“Tuhan jika Kau masih beri aku kesempatan hidup izinkanlah aku bertemu malaikat baik hati yang mampu membawaku pergi jauh dari dunia kelam ini”. Ucapnya terbata dan meringis menahan sakit yang tak terkira yang menjalar disekujur tubuhnya sebelum jasadnya terbujur lemah di panti rehabilitasi karena overdosis. *** Terlahir sebagai anak tunggal dari keluarga yang kaya raya justru tak membuatnya bahagia, sejatinya ia kehilangan kenyamanan dirumah sendiri. Sedangkan orang tuanya  hanya sibuk dengan materi, materi dan materi.             Seperti layangan putus yang terseok-seok di terbangkan angin, Jennifer tak  memiliki keinginan selain mencari kesenangan diri di luar sana tanpa arah dan panduan, sehingga ia terlahir menjadi pribadi yang liar dan penuh kebebabasan, I LOVE FREEDOM ungkapan yang senantiasa di lagukannya penuh kemenangan. Tanpa ia sadari kehidupan malamnya tlah menyeretnya semakin jauh dari koridor-koridor yang semestinya. *** Hingga suatu hari sebuah pe