Skip to main content

Aq dan hijabqu (session 2)

Sobat, akhirnya aq bisa menyelesaikan tulisan bagian kedua ini dengan baik, untuk ibu dan ayahku terimakasih bnyak, nenek,kakek, eyang, mbah buyut dan semua yang tak dpat aq sebutkan satu persatu (bergaya ala selebritis yang mendapat penghargaan hohoho), haduh terlalu panjang muqoddimah ya?
Sobat ini adalah moment kedua aq menemukan hidayah yang selama ini hilang (wkwkwk emangnya orang kali ya..) moment pertama dah 1 tahun aku lewati akhirnya aku bisa beradaptasi untuk mengenakan jilbab tak hanya disekolah tapi juga dirumah, meski jilbab yang aq kenakan belum terlalu panjang. Hmm klo dipikir-pikir Hidayah memang datang tak diundang dan pulang tak diantar ya? (jelangkung toh! ) kapanpun dan dimanapun jika Alloh berkehendak, seperti kejadian kedua ini, lebih kurang begini ceritanya:
Dengan langkah terengah-engah aku berlari menuju gerbang sekolah, sambil melihat jam yang melingkar ditanganku, huffft 1 jam lagi ucapku lirih.. (hemm bukan judul lagu ari lasso loch), yups hari ini ada try out di bimbel, karena jarak rumahku dan lokasi bimbel yang lumayan jauh, jadi harus segera pulang. Aku melihat kekiri dan kekanan hmm,,ini dia...ucapku, bak penyanyi seriosa yang mengeluarkan suara emasnya aku pun berteriak, OOJEk!!
Dengan serta merta mamang pangkalan yang ada di ujung jalan bersiap-siap untuk menuju ke depan gerbang sekolah. Belum beberapa menit ojek tersebut tlah sampai di depanku.
Mau kemana neng? ucapnya sambil membuka kaca helm.
Tanpa ba bi bu aku langsung naik ke jok motor sambil berkata Tempel mang !
Apanya yang di tempel neng !!kata nya sambil tersenyum.
Wah lucu juga ni mamang, tapi sayang aku lagi buru-buru jadi nggak kepikiran untuk ketawa, sory mang! tapi aku tahu tukang ojek ini hanya bercanda.
 Yups, tempel rejo disinilah tempat aku dibesarkan, namun sampai sekarang aku nggak tahu filosofinya kenapa namanya tempel, hm yang aku tahu disini banyak tampal ban, mungkin saja ini yang menjadi alasan kenapa namanya tempel rejo (berpikir, sambil meletakkan telunjuk ke kening ala Einstein hehehe)
Ojek melaju diatas jalan raya dengan kecepatan tinggi, dengan gaya ala valentine rossi mamang ojek menyalip beberapa kendaraan yang ada di depan kami, siat,,ciiiittt….bremm..bremm…!!
Dalam hati aku berkata, hebat juga nich mamang. Mungkin kalo ikut turnamen balap motor, pembalap sekaliber ananda micola pun nyaris kalah, tapi sekali mamang ojek tetap mamang ojek! mungkin sudah suratan takdir kali ya...huhu... (loh!kok bahas mamang ojek?),Ups lanjut! jilbabqu berkibar sepanjang perjalanan tersebut, yang pasti gak kebayang apa yang akan terjadi setelah aq turun dari motor hmm *amburadul.com!!
Tanpa aq sadari ditengah perjalanan ada motor yang tak jauh dibelakang motor ojek yang aku naiki, anehnya motor ini selalu berada di belakang kami tak pernah mendahului, aq sangat takut sobat cz aq kira orang itu punya niat jahat kepadaqu. Kemudian orang tersebut menklakson dan membuka helm sambil mengatakan sesuatu dan menggunakan isyarat dengan tangannya. Aq hanya menggeleng tak mengerti apa maksudnya, kemudian dia mengemudikan motornya hampir sejajar dengan kami, dan suaranya jelas terdengar, masih menggunakan isyarat tangannya dia berteriak “Hey rambutmu kelihatan”, aq yang mulai menyadari hal tersebut langsung memperbaiki posisi jilbabqu yang tak karuan, dan ketika menoleh kebelakang, ternyata orang itupun masih saja berteriak “Tuh masih kelihatan!!”, huffftt cerewet juga nich orang pikirku, dengan serta merta ditengah melajunya ojek yang sangat kencang aq pun kembali memperbaiki posisi jilbabku dan memang benar rambutqu masih keluar sedikiiit sekali..setelah itu aq memastikan bahwa tak ada sehelaipun rambut keluar dari jilbabqu dan kembali menoleh ke orang tersebut, orang itu tersenyum dan menunjukkan jempolnya.
Huhh aq pun bernafas lega, beberapa menit kemudian aq baru ingat klo aq belum ngucapin makasih ma tu orang, ketika aq menoleh kembali kebelakang ternyata orang itu sudah tidak ada, hmm kayak om jin aja, ucapku. Namun aq sangat berterima kasih sama orang tersebut cz udah ngingetin aq, dan aq pun semakin mengerti bahwa menutup aurat itu bukan hal yang sepele dan tubuh wanita itu aurat meski sehelai rambutpun tak ada toleransi untuk diperlihatkan kepada orang yang belum halal bagi kita.

Comments

Popular posts from this blog

ID Card Pesantren Kilat

assalamu'alaikum sobat, lagi-lagi ane dititahkan untuk ngedesain Id card buat pesantren kilat..#cieh kayak kerajaan# it's okay cz masalah ngedesain tu hobi ane tu meski yaaa...aca kadul kesannya nggak bagus2 amat, hehe masih mending lah daripada nggak ada sama sekali. ini dia, eng tereeeenggg.. setelah diedit disana-sini waktu diprint huahhh..lumayan buram! ahehe tapi karena mo dipake besok ya sudah mau tidak mau akhirnya ini di print juga.. hmm ya segitu dulu ceritanya.. Met menunaikan ibadah puasa sobat semoga ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun kemaren :D AMIN...

YANG KE-26 (kejutan pertama dari khadijah)

Hari berganti begitu cepat ya, nggak kerasa usia udah semakin tua aja, tak bisa dipungkiri! namun harus selalu bersyukur atas segenap usia yang telah Allah karuniakan kepadaku, setiap tarikan nafas dan udara yang Allah kasih dg cuma-cuma, orang-orang disekitarku yang begitu perhatian, mak dan bakku atas cinta yang tak pernah mereka ungkapkan, namun aku meraasaknnya dan berharap bisa membahagiakan mereka hingga yaumil akhir nanti..keluarga  besarku yang tak bisa ku sebut satu persatu #cekile gaya kayak bikin persembahan skripsi aja# sahabat-sahabatku dan tentunya siswa-siswiku yang sudah memberikan perhatian dan kejutan yang luar biasa... VII Khadijah-ku Alhamdulillah sekarang jadi wali kelas VII khadijah, punya anak 28 orang dengan berbagai karakter yang jelas sholeha dan baik hati serta rajin menabung hehe. pada hari itu mereka buat kejutan yang nggak mengejutkan, loh? hihi cz udah tahu bakal di kerjain dengan modal GR tingkat tinggi haha,  liat mereka ekting...

Akhwat yang menanti

Oleh : Azimah Rahayu. “Dua puluh satu kali, Mbak?”  mataku membulat. Takjub. Aku merentangkan kesepuluh jari tangan sambil melihat ke bawah ke arah telapak kaki yang terbungkus sepatu. 21! Bahkan seluruh jemari tangan dan kakiku pun tak cukup buat menghitungnya. “Itu selama berapa tahun, Mbak?” Aku bertanya lebih lanjut. “Hhmm, kurang lebih tujuh tahun terakhir!” sambutnya gi, ringan saja. Tak tampak pada raut wajahnya yang sudah mulai dihiasi kerut halus kesan malu, tertekan taupun stress. Wajah itu damai. Wajah itu tenang. Tak menyembunyikan luka apalagi derita. “Mbak… ehmm, maaf, tidak patah arang… sekian kali gagal?” Takut takut aku kembali bertanya dengan nada irih. Khawatir menyinggung perasaannya. Dia hanya kembali tersenyum. Tapi kali ini lebih lebar. Sumringah. Dia mengibaskan tangan, sebagai jawaban bahwa dia tak trauma dengan masalah itu. “Kalau sedih, kecewa, terluka… pasti pernah lah ada saat-saat seperti itu. Trauma…. sebenarnya pernah juga. Ny...