Skip to main content

Unek Unek Sang Ayah

Pagi dinihari tanpa sengaja aq menemukan pesan singkat di draft hanpone ayahku, cz penasaran aq pun membacanya kata demi kata yang terketik didalamnya, huffft aq menghembus nafas sejenak setelah membacanya, hmm mungkin itu bisa dikatakan diari yang mengungkapkan isi hati ayahqu bahwa ternyata ayah masih memendam kekecewaan yang begitu dalam atas semua yang terjadi waktu itu.

Waktu itu kakak mendapat SPMB untuk melanjutkan kuliahnya di universitas yang cukup ternama di indonesia, karena memang diantara kami beliaulah yang paling menonjol kecerdasannya. Ayah dan ibu sangat bangga dengan prestasinya kala itu, hingga segala sesuatu diupayakan agar beliau dapat fokus dengan kuliahnya, ya meskipun ekonomi kami saat itu bisa dikatakan morat-marit.

Segala perhatian tercurah kepada kakak baik itu materi maupun moril hingga rencanaqu utk mondok pun di gagalkan karena kakak lebih membtuhkan banyak biaya dibandingkan yang lain, aq hanya bisa terdiam saat itu karena aq tahu ayah menyimpan harapan yang besar pada kakak,,,apalagi saat itu kakak berjanji, kalo dia sudah bekerja biar dia saja yang menyekolahkan adik-adik, hingga kami pun harus bersabar...

Hingga tahun demi tahun berlalu akhirnya kakak dapat menyelesaikan kuliahnya dengan hasil yang sangat memuaskan, keluargaqu sangat bahagia meskipun tlah banyak yang terkorbankan untuk beliau, ibuku yang seorang petani kopi harus merelakan kebunnya untuk dijual dan ayahku seorang guru madrasah pun harus pengsiun dini karena di akhir kuliah kakak membutuhkan lebih banyak biaya lagi untuk praktek dll..

Dan alhamdulillah kakak pun langsung mendapat pekerjaan, bukan main bangganya ayah dan ibu, yups dari dulu kakak selalu mendulang prestasi, aq pun salut dengan beliau hingga aq pun termotivasi untuk seperti kakak, membahagiakan orang tua! Apalagi setahun setelah itu kakak pun mendapatkan jodoh disana, dan membina keluarga kecil nan bahagia.

Namun sampai dengan sekarang kakak belum memenuhi janji-janjinya, hmm maklumlah orang sudah berkeluarga, banyak biaya dan waktu pun terfokus untuk keluarga kecilnya apalagi sekarang kakak tlah disibukkan dengan pekerjaannya.
Tak ada satupun yang ingat dengan janji itu, mungkin hanya ayahku yang ingat...

Hmm..aq memperhatikan wajah yang yang tlah senja itu sedang tertidur pulas didepan televisi,,,dalam hati aq berkata “ ayah, meskipun aq tak sehebat kakak, meskipun aq hanya kuliah universitas kecil di pelosok desa disisa-sisa kemampuanmu, dan meskipun aq terletak diurutan sekian dalam harapan-harapanmu,,, izinkan aq untuk membuatmu tersenyum disisa hari tuamu dan melupakan janji2 itu, aq yakin bisa meski tak ada yang menopangku, karena ayah, ibu dan Allah lah sumber penguatku...”

Aq mengelap airmata yang mengalir di kelopak mataku, dan meletakkan handpone ditempatnya semula, aq berharap ayah tak akan tahu bhwa aq tlah membacanya...

'24 september 2011,  “menanti detik-detik akhir kuliah”
Dedication in my thesis
Thi thesis proudly i dedicate for my beloved father “sukarni” i know how long  you spend your time and how tired it is, it is all for me. And my beloved mother “syamsiah” she is my wonder woman. Thank you so much for your unconditional love, tears, pray, support moral and material. May Allah bless you...bla..bla..bla..

Dan hari itu, 29 september 2011 akhirnya aku dapat mengenakan toga ini, begitu terharu ketika melihat mereka tersenyum diujungsana sambil melambaikan tangan kearahku, alhamdulillah ya robb akhirnya aku dapat membuat mereka (Ayah dan ibu) tersenyum 2 senti kekiri and dua senti kekanan ^_^

ayah..ibu..ini belumlah akhir dari perjuangan ananda, cz yakinlah suatu saat nanti  ananda insyaAllah akan mempersembahkan yang terbaik untuk membahagiakan mu meskipun  apa yang kalian berikan padaku tak kan dapat terbalas oleh apapun... 

Saranghae father &mother..


 

Comments

Popular posts from this blog

ID Card Pesantren Kilat

assalamu'alaikum sobat, lagi-lagi ane dititahkan untuk ngedesain Id card buat pesantren kilat..#cieh kayak kerajaan# it's okay cz masalah ngedesain tu hobi ane tu meski yaaa...aca kadul kesannya nggak bagus2 amat, hehe masih mending lah daripada nggak ada sama sekali. ini dia, eng tereeeenggg.. setelah diedit disana-sini waktu diprint huahhh..lumayan buram! ahehe tapi karena mo dipake besok ya sudah mau tidak mau akhirnya ini di print juga.. hmm ya segitu dulu ceritanya.. Met menunaikan ibadah puasa sobat semoga ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun kemaren :D AMIN...

YANG KE-26 (kejutan pertama dari khadijah)

Hari berganti begitu cepat ya, nggak kerasa usia udah semakin tua aja, tak bisa dipungkiri! namun harus selalu bersyukur atas segenap usia yang telah Allah karuniakan kepadaku, setiap tarikan nafas dan udara yang Allah kasih dg cuma-cuma, orang-orang disekitarku yang begitu perhatian, mak dan bakku atas cinta yang tak pernah mereka ungkapkan, namun aku meraasaknnya dan berharap bisa membahagiakan mereka hingga yaumil akhir nanti..keluarga  besarku yang tak bisa ku sebut satu persatu #cekile gaya kayak bikin persembahan skripsi aja# sahabat-sahabatku dan tentunya siswa-siswiku yang sudah memberikan perhatian dan kejutan yang luar biasa... VII Khadijah-ku Alhamdulillah sekarang jadi wali kelas VII khadijah, punya anak 28 orang dengan berbagai karakter yang jelas sholeha dan baik hati serta rajin menabung hehe. pada hari itu mereka buat kejutan yang nggak mengejutkan, loh? hihi cz udah tahu bakal di kerjain dengan modal GR tingkat tinggi haha,  liat mereka ekting...

Akhwat yang menanti

Oleh : Azimah Rahayu. “Dua puluh satu kali, Mbak?”  mataku membulat. Takjub. Aku merentangkan kesepuluh jari tangan sambil melihat ke bawah ke arah telapak kaki yang terbungkus sepatu. 21! Bahkan seluruh jemari tangan dan kakiku pun tak cukup buat menghitungnya. “Itu selama berapa tahun, Mbak?” Aku bertanya lebih lanjut. “Hhmm, kurang lebih tujuh tahun terakhir!” sambutnya gi, ringan saja. Tak tampak pada raut wajahnya yang sudah mulai dihiasi kerut halus kesan malu, tertekan taupun stress. Wajah itu damai. Wajah itu tenang. Tak menyembunyikan luka apalagi derita. “Mbak… ehmm, maaf, tidak patah arang… sekian kali gagal?” Takut takut aku kembali bertanya dengan nada irih. Khawatir menyinggung perasaannya. Dia hanya kembali tersenyum. Tapi kali ini lebih lebar. Sumringah. Dia mengibaskan tangan, sebagai jawaban bahwa dia tak trauma dengan masalah itu. “Kalau sedih, kecewa, terluka… pasti pernah lah ada saat-saat seperti itu. Trauma…. sebenarnya pernah juga. Ny...