Skip to main content

TATA TERTIB UJIAN AKHIR SEKOLAH (UAS)

1.Siswa harus berada diruang kelas 10 menit sebelum ujian dimulai
2.Peserta dilarang membawa catatan dalam bentuk apapun termasuk kalkulator, kamus atau alfa link ke dalam ruang UAS
3.Peserta harus menyediakan sendiri alat tulis yang diperlukan
4.Peserta wajib mengisi daftar hadir yang diberikan pengawas.
5.Peserta boleh mengerjakan soal setelah bel tanda masuk dibunyikan oleh panitia
6.Peserta yang memerlukan penjelasan dapat bertanya kepada pengawas
7.Peserta yang datang terlambat hanya boleh mengikuti UAS setelah mendapatkan izin dari panitia.
8.Selama berlangsung UAS, peserta hanya dapat meninggalkan ruangan dengan seizin pengawas
9.Peserta yang meninggalkan ruangan setelah membaca soal, dan tidak kembali lagi sampai tanda selesai dibunyikan, dinyatakan telah selesai menempel/mengikuti UAS pada mata pelajaran terkait.
10.Peserta berhenti mengerjakan setelah pengawas memberitahukan tanda batas waktu telah selesai
11.Selama UAS berlangsung peserta dilarang:
• Menanyakan jawaban soal kepada siapapun.
• Bekerjasama dengan peserta lain.
• Memberi atau menerima bantuan dalam menjawab soal.
• Memperlihatkan pekerjaan sendiri kepada peserta lain atau melihat pekerjaan peserta lain.
• Mempergunakan kalkulator, kamus, alfalink dan handphone.
12.Semua peserta meninggalkan ruang UAS dengan tertib dan tenang setelah tanda waktu dibunyikan dan meninggalkan Lembar Jawaban dan lembaran soal di atas meja masing-masing dengan keadaan terbalik
13.Bagi siswa yang melanggar:
 Peserta yang melanggar tata tertib diberikan peringatan oleh panitia
 Apabila peserta UAS telah diberi peringatan dan tidak mengindahkan peringatan tersebut, maka peserta UAS tersebut dipersilahkan keluar dari ruang UAS
 Peserta yang dikeluarkan dari ruang UAS akan dicantumkan identitasnya dalam berita acara pelaksanaan.

Comments

Popular posts from this blog

ID Card Pesantren Kilat

assalamu'alaikum sobat, lagi-lagi ane dititahkan untuk ngedesain Id card buat pesantren kilat..#cieh kayak kerajaan# it's okay cz masalah ngedesain tu hobi ane tu meski yaaa...aca kadul kesannya nggak bagus2 amat, hehe masih mending lah daripada nggak ada sama sekali. ini dia, eng tereeeenggg.. setelah diedit disana-sini waktu diprint huahhh..lumayan buram! ahehe tapi karena mo dipake besok ya sudah mau tidak mau akhirnya ini di print juga.. hmm ya segitu dulu ceritanya.. Met menunaikan ibadah puasa sobat semoga ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun kemaren :D AMIN...

YANG KE-26 (kejutan pertama dari khadijah)

Hari berganti begitu cepat ya, nggak kerasa usia udah semakin tua aja, tak bisa dipungkiri! namun harus selalu bersyukur atas segenap usia yang telah Allah karuniakan kepadaku, setiap tarikan nafas dan udara yang Allah kasih dg cuma-cuma, orang-orang disekitarku yang begitu perhatian, mak dan bakku atas cinta yang tak pernah mereka ungkapkan, namun aku meraasaknnya dan berharap bisa membahagiakan mereka hingga yaumil akhir nanti..keluarga  besarku yang tak bisa ku sebut satu persatu #cekile gaya kayak bikin persembahan skripsi aja# sahabat-sahabatku dan tentunya siswa-siswiku yang sudah memberikan perhatian dan kejutan yang luar biasa... VII Khadijah-ku Alhamdulillah sekarang jadi wali kelas VII khadijah, punya anak 28 orang dengan berbagai karakter yang jelas sholeha dan baik hati serta rajin menabung hehe. pada hari itu mereka buat kejutan yang nggak mengejutkan, loh? hihi cz udah tahu bakal di kerjain dengan modal GR tingkat tinggi haha,  liat mereka ekting...

Akhwat yang menanti

Oleh : Azimah Rahayu. “Dua puluh satu kali, Mbak?”  mataku membulat. Takjub. Aku merentangkan kesepuluh jari tangan sambil melihat ke bawah ke arah telapak kaki yang terbungkus sepatu. 21! Bahkan seluruh jemari tangan dan kakiku pun tak cukup buat menghitungnya. “Itu selama berapa tahun, Mbak?” Aku bertanya lebih lanjut. “Hhmm, kurang lebih tujuh tahun terakhir!” sambutnya gi, ringan saja. Tak tampak pada raut wajahnya yang sudah mulai dihiasi kerut halus kesan malu, tertekan taupun stress. Wajah itu damai. Wajah itu tenang. Tak menyembunyikan luka apalagi derita. “Mbak… ehmm, maaf, tidak patah arang… sekian kali gagal?” Takut takut aku kembali bertanya dengan nada irih. Khawatir menyinggung perasaannya. Dia hanya kembali tersenyum. Tapi kali ini lebih lebar. Sumringah. Dia mengibaskan tangan, sebagai jawaban bahwa dia tak trauma dengan masalah itu. “Kalau sedih, kecewa, terluka… pasti pernah lah ada saat-saat seperti itu. Trauma…. sebenarnya pernah juga. Ny...