Skip to main content

HARAPAN Tumbuh KEMBALI (Cerpen)

Siang menjelang sore yang begitu terik, gadis berjilbab rapi itu berjalan dengan kecepatan ekstra menuju gerbang kampus ba’da mata kuliah terakhir, yups seakan tak sabar ingin merebahkan tubuh dan mengistirahatkan jiwa yang lelah, tentu saja karena hari itu jadwal kuliah sangat padat sedangkan waktu istirahat hanya 30 menit yang dihabiskan dimasjid kampus untuk menunaikan sholat dzuhur dan berdiskusi dengan teman-teman satu organisasi tentang agenda sosial yang akan di laksanakan dalam waktu dekat. 

Yah akhwat ini termasuk aktivis yang sangat militan dan sering di andalkan dikampusnya, selain wajahnya yang cantik kecerdasannya pun sangat diakui  oleh teman dan seniornya diorganisasi, hingga tak jarang beberapa ikhwan yang sering melirik dan mengagumi kehebatan retorikanya.“Hufft akhirnya sampai juga” ucapnya sambil menghembuskan  nafas lega.

Dengan cekatan membuka sepatu balet kesayangannya dan gubrakk!! Tanpa ba bi bu langsung melemparkan tubuh yang masih lengkap dengan kaos kaki dan tas ransel kesayangannya… beberapa menit berselang akhwat tersebut terhanyut dalam mimpinya tiba-tiba nada dering handpone yang melagukan tembang nasyid kesayanganya berbunyi memecahkan keheningan dan sedikit menganggu istirahatnya, cukup lama ia baru bangkit dan merogoh handpone disakunya, 
O85xxxxxxxxxxx
Assalamu’alaikum. Afwan benarkah ini nomor ukhti aisyah?
Rasa penasaran disertai segudang tanda Tanya meliputi rongga jiwa, namun dengan mengetik beberapa kata akhirnya pesan singkat dikirim balik ke pengirim rahasia tersebut:
Wa’alaikumsalam.wr.wb. Benar, ini siapa ya? Balasan kembali dikirim.
O85xxxxxxxxxxx
Alhamdulillah, afwan ukhti ana fatih (si pengirim menyebutkan nama), Ana teman akrabnya akhi andi (menyebutkan nama seseorang yang tak lain adalah kakak tingkat si akhwat dikampus)
Aisyah mengerutkan kening ketika membaca pesan tersebut namun tetap membalas pesan dari ikhwan misterius tersebut singkat:
Oh iya ana kenal beliau, ada perlu apa?
Seiring pesan terkirim terdengar suara adzan dari surau yang lumayan agak jauh dari kost-annya tersebut menunjukkan waktu ashar telah tiba.

Aliran air wudhu yang bening cukup membuat rasa kantuknya sirna hingga sesaat kemudian jiwa itu tertunduk khusyu’ dihadapan sang pencipta, sejenak dunia terlupakan! Ba’da sholat ashar Aisyah melanjutkan tilawahnya yang tertinggal, hmm hari ini baru sedikit sekali tilawah ujarnya dalam hati, baru satu lembar alqur’an dibaca, handponennya pun berbunyi lagi,,Uhhff dari ikhwan tadi:
O85xxxxxxxxxxx
“afwan ukhti jika sms ini mengngganggu aktivitas anti, beberapa waktu yang lalu ada yang merekomendasikan anti kepada ana. sudah beberapa bulan ini ana mencari tahu informasi tentang anti, subhanalloh…harus ana akui militansi anti dalam organisasi sangat mengagumkan dan begitupun dengan kehidupan sehari-hari anti yang sangat sederhana, jikalau ana tidak di anggap lancang, bolehkah ana bertanya apakah anti sedang atau telah menjalani proses ta’aruf dengan ikhwan?

Bergetar si Aisyah membaca pesan yang cukup panjang itu, dari awal kuliah hingga saat ini dia beranjak di semester akhir ini baru satu kali ini ada ikhwan yang sms seperti itu. Alqur’an pun langsung ditutup, Aisyah pun mengirimkan pesan singkat:
“Afwan akhi, sejujurnya ana belum melakukan proses kepada ikhwan manapun, karena mengingat ana masih berada di smester akhir hingga harus focus kepada agenda akhir kuliah”
Si ikhwanpun mengirim pesan balik:
O85xxxxxxxxxxx
Subhanallah, afwan ukhti jika di idzinkan bolehhkah ana berta’aruf dengan anti? Jikalau anti meminta menunggupun ana siap untuk menunggu sampai anti siap untuk menjalani ta’aruf ini.
Huah..sok mantap tu ikhwan, namun tahukan si ikhwan bahwa wajah Aisyah bersemu merah  ketika membaca sms tersebut. Namun ia tak ingin langsung memberi jawaban. Dengan sok bijak pun Aisyahpun membalas sms tersebut: 
Afwan akh, berikan ana waktu beberapa hari untuk memberikan jawaban, karena jwaban yang tergesa-gesa biasanya datang dari nafsu bukan dari Alloh.”
Ikhwan O85xxxxxxxxxxx
Baiklah ukh, silahkan dipikirkan dan ana pun masih tetap mencari data-data yang Valid tentang anti” 
Hari berganti hari setelah sms tersebut Aisyah selalu menyelipkan do’a disetiap sepertiga malamnya tentang niat si ikhwan tersebut, begitupula disudut kamar yang lain si ikhwan pun sedang khusyu’ memohon hajjatnya yang sangat kuat, apalagi setelah mendapat data-data tersebut si ikhwan mulai memiliki rasa tertarik dengan Aisyah.

Sungguh indah islam mengajarkan hambanya untuk memanage hati, tidak diumbarkan tanpa ujung namun dikenal kata “ta’aruf” untuk menjaga hati masing-masing.
Namun, sayangnya syetan sangat pintar memainkan peluang yang besar ini hingga di suatu kesempatan, antara Aisyah dan ikhwan tersebut pun terbentuk sebuah komunikasi diluar ta’aruf, mulai dari sms nasehat, tausiyah, renungan hingga sms perhatian seperti “ jangan lupa tilawahnya, hafalannya dijaga ya ukh, dll”
Hingga terjadilah perubahan pada diri keduanya, tak ada lagi ibadah yang dilakukan tulus hanya untuk Alloh, si ikhwan pun harus di miscall dulu  baru bangun untuk  shalat tahajud, dan begitupun Aisyah tilawahnya semakin berkurang, Hafalanpun semakin jarang dimuroja’ah karena sibuk mengirimkan sms taujih dan hunting kata-kata yang bermakna yang cocok dikirimkan kepada si ikhwan..huffftt ternyata syetan telah bersanding di handpone keduanya...

Suatu hari, disebuah grup halaqoh seorang murobbi memberikan materi tentang “menjaga hati”
Sekarang begitu banyak aktivis dakwah yang berguguran hanya karena satu masalah, menjaga hati. Betapa banyak aktivis yang dulunya sangat aktif sekarang berangsur-angsur menjauhkan diri dari agenda-agenda dakwah, melalaikan amanah karena asyik dengan perasaan yang dinahkodai oleh nafsu dan syetan itu, na’udzubilah..kita berharap ilmu yang kita dapatkan tak hanya dapat kita simpan dalam pikiran saja, namun dibarengi dengan amal. Alqur’an asshsaff ayat 2  dan 3 “ bagaimana kamu mengatakan apa yang tidak kamu lakuakan?” semoga bukan termasuk orang-orang yang munafik, karena ketika kita menyampaikan sesuatu kepada orang lain namun pada kenyataannya kita tidak melakukan nya terlebih dahulu maka tak akan ada ruh,,karena sejatinya iman bukan hanya dimulut saja namun di ucapkan dengan lisan, di benarkan dalam hati dan di amalkan dengan anggota badan.
Tepat sekali, bagai tersengat aliran listrik saat materi tersebut dipapar oleh murobbinya, nyaris…nyaris mengeluarkan air mata. bak mengetahui apa yang terjadi dengan sang mutarobbinya itu sang murobbi kembali memaparkan hingga membuat Aisyah tertusuk-tusuk. ya ternyata Aisyah dan ikhwan telah menodai kata ta’aruf dengan melaksanakannya diluar sepengetahuan si MR atau orang tua kedua belah pihak.
Padahal kita tahu kebaikan tak akan bisa disandingkan dengan kebatilan. ta’arruf adalah sebuah kebaikan namun ketika itu dijalankan disaat keduanya belum siap apakah itu tidak mendatangkan kebatilan? mengrimkan sms meskipun hanya sekedar tausiyah untuk menambah keimanan,bila dikirimkan kepada lain jenis apakah itu tidak membuat yang menerima terkotori hatinya? itulah dakwah palsu, dakwah yang memiliki embel-embel dibelakangnya, yaitu agar sipenerima kagum dengan untaian kata yang di kirimkan.
Aisyah terbangun malam itu dengan mensilentkan handponenya, tahajudnya kali ini jauh lebih khusyu’ dari biasanya bahkan sampai meneteskan air mata, air mata penyesalan karena telah terjatuh dalam permainan syetan. dalam sujud panjang tak terhitung kali ia beristighfar memohon ampun akan kesalahannya tersebut.

Terngiang kembali kata-kata sang murobbi saat halaqoh itu “Ukhtifillah, akankah kita ragu denganNya, sesungguhnya DIAlah yang maha penggenggam jiwa manusia, maha pembolak-balik hati. percayalah jodoh tak akan tertukar dan Allah telah mempersiapkan jodoh terbaik bagi kita untuk menyempurnakan tulang rusuknya. maka selagi dia belum datang, perbaikilah diri kita, karena mungkin saja ketika kita sedang memperbaiki diri saat ini, dia yang berada dibelahan bumi yang lain pun sedang memperbaiki dirinya” lalu ketika kita mengotori hati kita, berarti… uhhff ia tak mampu meneruskanya hanya tetesan air mata yang menjawab. kembali ia membenamkan wajah di mihrab taatnya hingga ia malu untuk menghadap wajah kepada penciptanya.

setelah tilawah beberapa lembar, ia mengetik beberapa kata di layar ponselnya, ini harus segera diakhiri ujarnya dalam hati. maka terkirimlah pesan singkat tersebut ke ponsel sang ikhwan. si ikhwan yang seperti biasa baru selesai melaksanakan agenda tahajudnya pun bergetar saat menerima pesan darinya. tak pelak hati yang baru saja terbangun kokoh hancur berkeping-keping.

beberapa bulan menjelang tak ada lagi komunikasi diantara mereka. ada rasa kehilangan diantara mereka, seperti ada sesuatu yang hilang meski dipesan terakhir sang ikhwan masih memberanikan diri untuk menunggu sampai Aisyah siap menerimanya. namun Aisyah bertekad untuk melupakan semuanya sebelum terlambat dan kembali memperbaiki diri aktif dengan agenda-agenda dakwah. meski ada sedkit harap yang menyelimuti dalam dada. benar saja ternyata dengan hati yang bersih langkah menuju kebaikan tidak terasa berat dan merasakan tenang yang menelusuf dada. apalagi ia telah sibuk dengan kuliah dan skripsinya. 

Ia pun kini tlah selesai dari kuliahnya alangkah bahagia kedua orang tua Aisyah setelah dinobatkan sebagai seorang sarjana. karena nilainya yang lumayan bagus, ia pun diterima di sebuah perusahaan diluar kota. disana dia memulai kehidupannya, bertemu dengan orang-orang baru, suasana baru dan semangat baru pula.
Beruntung ia bertemu sahabat seperjuangan yang senantiasa membantunya, itulah ukhuwah karena Allah meski lain daerah, lain suku dan bahasa namun tak membatasi persahabatan mereka.
Suatu hari di agenda tarbiyah seorang senior yang amat dikenalnya menyelipkan selembar kertas berlipat 3 yang bertuliskan UNDANGAN, serta merta do’apun mengalir “ Barokalloh mbak, beneran ini? subhanalloh semoga lancar akad dan walimahnya”. akhwat yang ternyata mbak ina itu tersenyum seraya mengucap “aamiin”. siapa yang tak kenal mbak ina, muslimah sholeha yang lembut dan murah senyum itu sekarang tlah menemukan jodohnya, siapakah gerangan yang telah beruntung mendapatkan sang bidadari syurga itu “tentu saja orang tersebut yang kadar imannya seperti mbak ina” ucap si Aisyah dalam hati teringat lagi dengan tausiyah murabbinya, tak sengaja ingatannya terlintas lagi kepada ikhwan yang dulu pernah mengisi hatinya..uhhff namun ia segera cut pikirannya itu dan kembali fokus dengan agenda tarbiyah.
Walimah mbak ina pun akhirnya tiba juga, aisyah janjian dengan beberapa akhwat lain untuk berangkat bareng. dari kejauhan dendangan nasyid terdengan amat riuh, tembang “selamat pengantin baru” menghibur sang pengantin dan para tetamu yang asyik makan dan berfhoto-fhoto ria. aisyah and friend tak sabar bertemu dengan mbak ina dan mengucapkan selamat. dan tibalah mereka dihadapan kedua mempelai, tiba-tiba aisyah melihat sosok yang pernah ia kenal, yup ikhwan yang dulu pernah berjanji padanya kini berdiri tegap dihadapannya dengan pakaian pengantin lengkap. itukah ikhwan yang beruntung itu? ujarnya bergumam. 
Nurul yang sedari tadi melihat aisyah terpana pun mengejutkannya “Ais, kenapa melamun”… “emm,, nggak kok jawabnya agak terbata. Nurulpun menarik tangannya untuk menghampiri kedua pengantin itu. Aisyah tergugu dihadapan mbak ina, mbak ina yang jauh lebih cantik dari biasanya itu menyapa mereka berdua “Udah makan belum? makan dulu gih…” nurul yang kocakpun menjawab sekenaknya “Udah mbak, malah aisyah habis 3 piring tadi” dan disambut tawa renyah kami. meski ada mendung yang tiba-tiba hadir digelayut hati aisyah.
Aisyah memandangi kedua mempelai yang berbahagia itu dan berdo’a. Ya robb jadikanlah keluarga ini keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah, dan hadirkan mereka jundi-jundi yang akan menegakkan syari’atMu, Robb terimakasih karena ternyata aku tak salah memutuskan, aku tak tahu apa yang terjadi jika dulu aku tak segera memutuskan dari awal, tentu saja aku akan sakit hari ini, sakit karena ternyata dia bukan jodohku.
 
Emm aku semakin yakin padaMu robb, bahwa engkaulah yang maha tahu yang terbaik buat hamba-hambaMu, aku yakin sebaik-baik rencana manusia jauh lebih indah rencanaMU. Aisyah pun berlalu dengan sebuah harapan, tentu saja harapan yang hanya ditujukan untuK Rabbnya.
-The End-

Wallohua’lam barangkali ada yang pernah mengalami kejadian seperti cerpen ini, kepada para muslimah tetaplah bersabar dalam penantian dan jangan mendahulukan Allah. Saudariku Allah tak perlu di dikte, karena yakinlah bahwa Allah tlah persiapkan rencana terbaik untuk orang-orang yang bersabar. Dan begitu pula kepada para ikhwan sekalian berhentilah memberikan harapan-harapan palsu, karena tak ada yang dapat mengetahui kehidupan kedepan selain Allah. Ketahuilah bahwa harapan itu membuat hati menjadi kotor, hindari komunikasi intens dengan lawan jenis meski berdalih untuk dakwah. Karena sesungguhnya syetan begitu pintar dengan sekejap menggoyahkan niatmu. 
Bila belum siap melangkah lebih jauh dengan seseorang, cukup cintai ia dalam diam.
Karena diammu adalah salah satu bukti cintamu padanya.
Kau ingin memuliakan dia, dengan tidak mengajaknya menjalin hubungan yang terlarang,kau tak mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya.
Karena diammu memuliakan kesucian diri dan hatimu, menghindarkan dirimu dari hal-hal yang akan merusak izzah dan iffahmu, karena diammu bukti kesetiaanmu padanya.

Karena mungkin saja orang yang kau cinta adalah juga orang yang telah Allah SWT pilihkan untukmu.
Ingatkah tentang kisah Fatimah dan Ali? Yang keduanya saling memendam apa yang mereka rasakan, tapi pada akhirnya mereka dipertemukan dalam ikatan suci nan indah.
Karena dalam diammu tersimpan kekuatan, kekuatan harapan, hingga mungkin saja Allah akan membuat harapan itu menjadi nyata hingga cintamu yang diam itu dapat berbicara dalam kehidupan nyata. Bukankah Allah tak akan pernah memutuskan hambanya yang berharap padanya?

Dan jika memang "cinta dalam diammu" itu tak memiliki kesempatan untuk berbicara di dunia nyata, biarkan ia tetap diam.Jika dia memang bukan milikmu, toh Allah, melalui waktu akan menghapus "cinta dalam diammu" itu dengan memberi rasa yang lebih indah dan orang yang tepat.
Biarkan "cinta dalam diammu" itu menjadi memori tersendiri dan sudut hatimu menjadi rahasia antara kau dengan Sang Pemillik Hatimu.

 Nyak's Note #Belajar buat cerpen#

Comments

Popular posts from this blog

ID Card Pesantren Kilat

assalamu'alaikum sobat, lagi-lagi ane dititahkan untuk ngedesain Id card buat pesantren kilat..#cieh kayak kerajaan# it's okay cz masalah ngedesain tu hobi ane tu meski yaaa...aca kadul kesannya nggak bagus2 amat, hehe masih mending lah daripada nggak ada sama sekali. ini dia, eng tereeeenggg.. setelah diedit disana-sini waktu diprint huahhh..lumayan buram! ahehe tapi karena mo dipake besok ya sudah mau tidak mau akhirnya ini di print juga.. hmm ya segitu dulu ceritanya.. Met menunaikan ibadah puasa sobat semoga ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun kemaren :D AMIN...

YANG KE-26 (kejutan pertama dari khadijah)

Hari berganti begitu cepat ya, nggak kerasa usia udah semakin tua aja, tak bisa dipungkiri! namun harus selalu bersyukur atas segenap usia yang telah Allah karuniakan kepadaku, setiap tarikan nafas dan udara yang Allah kasih dg cuma-cuma, orang-orang disekitarku yang begitu perhatian, mak dan bakku atas cinta yang tak pernah mereka ungkapkan, namun aku meraasaknnya dan berharap bisa membahagiakan mereka hingga yaumil akhir nanti..keluarga  besarku yang tak bisa ku sebut satu persatu #cekile gaya kayak bikin persembahan skripsi aja# sahabat-sahabatku dan tentunya siswa-siswiku yang sudah memberikan perhatian dan kejutan yang luar biasa... VII Khadijah-ku Alhamdulillah sekarang jadi wali kelas VII khadijah, punya anak 28 orang dengan berbagai karakter yang jelas sholeha dan baik hati serta rajin menabung hehe. pada hari itu mereka buat kejutan yang nggak mengejutkan, loh? hihi cz udah tahu bakal di kerjain dengan modal GR tingkat tinggi haha,  liat mereka ekting...

Akhwat yang menanti

Oleh : Azimah Rahayu. “Dua puluh satu kali, Mbak?”  mataku membulat. Takjub. Aku merentangkan kesepuluh jari tangan sambil melihat ke bawah ke arah telapak kaki yang terbungkus sepatu. 21! Bahkan seluruh jemari tangan dan kakiku pun tak cukup buat menghitungnya. “Itu selama berapa tahun, Mbak?” Aku bertanya lebih lanjut. “Hhmm, kurang lebih tujuh tahun terakhir!” sambutnya gi, ringan saja. Tak tampak pada raut wajahnya yang sudah mulai dihiasi kerut halus kesan malu, tertekan taupun stress. Wajah itu damai. Wajah itu tenang. Tak menyembunyikan luka apalagi derita. “Mbak… ehmm, maaf, tidak patah arang… sekian kali gagal?” Takut takut aku kembali bertanya dengan nada irih. Khawatir menyinggung perasaannya. Dia hanya kembali tersenyum. Tapi kali ini lebih lebar. Sumringah. Dia mengibaskan tangan, sebagai jawaban bahwa dia tak trauma dengan masalah itu. “Kalau sedih, kecewa, terluka… pasti pernah lah ada saat-saat seperti itu. Trauma…. sebenarnya pernah juga. Ny...