Skip to main content

JILBAB BAGIAN DARI DIRI MUSLIMAH





Beberapa waktu yang lalu aku sempatkan diri untuk mengunjungi gramedia, sudah lama sekali rupanya tidak mengisi ulang kebutuhan otak untuk diberi bahan bacaan, seandainya dia bisa bicara mungkin dia akan berkata “isi aku, isi aku” hehe, aneh memang jika itu terjadi, namun anggaplah itu sebuah penekanan bahwa membaca itu penting banget.

Sesampai disana aku langsung menengok ke arah stand best seller, subhanalloh ternyata buku-buku islami sekarang merupakan bacaan yang mulai dilirik dan disukai oleh masyarakat. Sebuah kemajuan! Salah satu penulis non fiksi islami yang mulai mencuat dipermukaan adalah Muhammad Rifai rif’an dengan bukunya yang bertemakan remaja muslimah, 


selain beliau ada juga sederet penulis lainnya. Namun ada yang terbetik didalam hatiku ketika menyadari bahwa penulis yang menuliskan tentang kehidupan muslimah yang syar’i rata-rata adalah laki-laki. Tuink-tuink #mikir#

Ada beberapa opini yang muncul di otakku, mungkin itu adalah salah satu bentuk kepedulian mereka terhadap wanita, atau mungkin begitu sedikit para daiyah yang menyampaikan hal tersebut #mendadak jadi malu hati#, atau ekstremnya mungkin karena mereka merasa tersiksa dengan kebisingan syahwat yang dilakukan oleh kebanyakan wanita dizaman ini. Tsumma na’udzubillah... Aku jadi ingat curhatan teman satu kampusku dahulu, “Aku jadi malas keluar dari rumah, karena terlalu banyak maksiat yang berseliweran di depan mata, bagaimana tidak dimana-mana psti ada saja penampakan wanita yang tidak menutup aurat, gimana mau jaga pandangan?” hmmm fenomena....

Beberapa waktu lalu seorang ustadz pun bercerita tentang sahabat rasulullah, bernama Abu jandal (bukan abu sandal) :D  yang ketika keluar rumah tak pernah mengarahkan pandangannya kepada sesuatupun kecuali Jempol kaki beliau. Subhanalloh betapa berhati-hatinya beliau dalam menjaga pandangan. Padahal pada saat itu wanita yang membuka aurat tidak sebanyak dan se-ekstrem sekarang.

Saudariku, adikku, keponakanku dan anakku
Wanita mukminah adalah mutiara yang tersimpan dan terjaga dengan baik. Tangan orang usil tidak akan mungkin menjamahnya dan mata orang yang berbuat kerusakan tidak mungkin mampu menggapai keelokannya. Ia selalu terjaga dari perbuatan yang sia-sia ditempat perlindungan yang kokoh dan benteng yang kuat.

Islam sangat menjaga kehormatan dan kesucian wanita. Penghormatan yang paling agung adalah apa yang diwajibkan Allah kepadanya agar mengenakan jilbab syar’i yang justru membuat dirinya semakin sopan, anggun, bersih dan suci. Hijab akan menghalanginya dari orang-orang yang sakit hatinya. Menjaga dirinya dari manusia yang berprilaku srigala yang selalu mengintai disekitarnya untuk mendapatkan sesuatu yang berharga darinya. Tak hanya kita yang terjaga ternyata dengan berhijab berarti kita telah menjaga pandangan orang-orang mukmin dari kemurkaan Allah.

Meskipun hidup di zaman yang penuh belantara fitnah ini membuat para muslimah menjadi golongan minoritas. Tak jarang para muslimah mendapat cemoohan, sindiran, dan cibiran dari orang-orang yang tak paham dengan syari’at., namun Merekalah para wanita perindu Surga yang selalu nyaman tinggal di istananya. Merekalah para bidadari yang bersembunyi di balik tabir, kain longgar, dan lebarnya kerudung. Wanita shalihah yang kecantikannya ibarat mutiara yang terbenam dalam lumpur. Ketika orang mendatanginya, ia begitu khawatir jika keindahannya terlihat, dan dia tidak mungkin menjumpai tamunya dalam busana ala kadarnya yang bisa menampakkan ’simpanan berharga’nya. Mereka masih dan akan selalu menjadi misteri bagi para lelaki asing di luar sana.

Maka bertahanlah muslimah, inilah perjuangan!

Cemungut...

Kita harus selalu ingat bahwa seorang wanita yang meremehkan syari’at Allah berarti telah melakukan dosa besar baik kepada dirinya sendiri, ayahnya, saudara laki-lakinya dan masyarakat disekitarnya. Karena satu langkah seorang wanita menuju kemaksiatan artinya satu langkah pula ia menyeret kaki ayahnya menuju gerbang neraka.

Mari kita simak hadits yang disampaikan oleh rosul kita yang mulia:

“Ada dua golongan penghuni Neraka yang belum pernah aku lihat sebelumnya, yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor-ekor sapi betina yang mereka pakai untuk mencambuk manusia dan wanita-wanita yang berpakaian (namun) telanjang, yang kalau berjalan berlenggak-lenggok menggoyang-goyangkan kepalanya lagi durhaka (tidak ta’at), kepalanya seperti punuk-punuk unta yang meliuk-liuk. Mereka tidak akan masuk Surga dan tidak dapat mencium bau wanginya, padahal bau wanginya itu sudah tercium dari jarak sekian dan sekian.” ( Muslim dan Ahmad)

Berapa banyak wanita muslimah berpakaian tapi telanjang seakan-akan mereka tidak mengerti bahwa Allah telah mewajibkan jilbab dan hijab. Seakan mereka hanya mengerti bahwa Allah hanya menyuruh untuk menegakkan sholat akan tetapi mereka tak memiliki Allah yang memerintahkan hijab. Allah mereka hanya ada pada bulan ramadhan, seakan mereka tak mengerti bahwa Allah juga ada di bulan-bulan lain selain ramadhan.

Saudariku, keponakanku, adikku, dan anakku
Pakaian adalah nikmat yang Allah berikan kepada manusia. Namun nikmat ini akan menjadi azab jika tidak digunakan sesuai dengan perintah Allah SWT. Kembali kita meneladani bagaimana kehidupan para muslimah zaman rosululloh ketika pertama kali perintah hijab diturunkan:

Dari ummu salamah RA diriwayatkan bahwa dia berkata, “ketika turun firman Allah “ Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka (Al-Ahzab 59), maka para wanita kaum anshor keluar dari rumah mereka seolah-olah dikepala mereka ada burung burung gagak hitam karena kain kerudung mereka (Abu Daud 11/773)

Dari Aisyah RA diriwayatkan bahwa ia berkata “ Semoga Allah merahmati wanita-wanita kaum muhajirin yang pertama karena ketika turun firman Allah “ Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dada mereka....(An-Nur 31), maka mereka menyobek kain gorden/ kain yang tebal kemudian mereka menjadikannya sebagai kerudung (Abu Daud 11/773)

saudariku, adikku, keponakanku dan anakku
Jilbab itu wajib sama seperti ibadah wajib lainnya seperti sholat, puasa, dzakat dll. Artinya ketika kita lakukan akan berpahala jika tidak maka akan mendapatkan dosa. Yakinla Ketika Allah memerintahkan sesuatu maka pasti ada kebaikan yang banyak didalamnya, pasti ada rencana indah yang Allah janjikan ketika kita menjalaninya. Lalu apakah lagi yang membuat kita menjadi ragu? Sungguh keraguan dalam melakukan kebaikan itu datangnya dari syetan yang dihembuskan kedalam hati manusia.

Bersegeralah menuju kebaikan, gantilah semua pakaian popularitas dengan pakaian ketakwaan karena dengan begitu kita akan melihat sosok lain yang jauh lebih baik dari hari ini suatu saat nanti.
Lalu tunggu apalagi?


Duhai jiwa jangan tunda menuju-Nya. karena sang masa tak pernah menunda putarannya karena sang waktu tak kan peduli dengan keadaanmu, dia akan terus melaju tanpa mendengar rengekmu, tak jua mengenal kata “tunggu, nanti dulu.”

Bentangkanlah jilbabmu dan tutupilah cantikmu. Belajarlah menghargai dirimu sendiri dengan menjaga jilbabmu, maka dengan begitu orang lain pun akan ikut menghargai dirimu.

Duhai jilbab yang masih terlipat, jadilah perisai dan tabir untuk diriku, Mengukir simbol kehormatan dan kesucianku, Menjelmalah laksana rumah berjalan untukku, Dan kusematkan setangkai cinta untukmu…

Jadikanlah jilbab seperti bagian dari dirimu, yang jika tanpanya, engkau merasa tidak sempurna. Jadikanlah dia penutup auratmu yang lebih baik dari sekedar pakaianmu. Jadikanlah dia sebagai lambang rasa malumu yang akan memancarkan wibawamu.
 

Jadikanlah dia sebagai simbol kehormatan dan kesucianmu yang harus engkau jaga sebaik-baiknya. Maka dengan begitu, engkau akan mencintainya tanpa engkau sadari bahwa engkau telah mencintainya. Karena dengan berjilbab artinya kita telah membantu saudara kita untuk menjaga pandangan. ^_^

NOTE
Referensi, dari berbagai sumber:
100 Dosa yang diremehkan Wanita          oleh      ‘Abdul Lathif bin Hajiz Al-ghomidi
Jilbab wanita Muslimah                             oleh      Armen Halim Naro
Yang cantik yang berjilbab                     
Alqur’anul Karim

Comments

Popular posts from this blog

ID Card Pesantren Kilat

assalamu'alaikum sobat, lagi-lagi ane dititahkan untuk ngedesain Id card buat pesantren kilat..#cieh kayak kerajaan# it's okay cz masalah ngedesain tu hobi ane tu meski yaaa...aca kadul kesannya nggak bagus2 amat, hehe masih mending lah daripada nggak ada sama sekali. ini dia, eng tereeeenggg.. setelah diedit disana-sini waktu diprint huahhh..lumayan buram! ahehe tapi karena mo dipake besok ya sudah mau tidak mau akhirnya ini di print juga.. hmm ya segitu dulu ceritanya.. Met menunaikan ibadah puasa sobat semoga ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun kemaren :D AMIN...

YANG KE-26 (kejutan pertama dari khadijah)

Hari berganti begitu cepat ya, nggak kerasa usia udah semakin tua aja, tak bisa dipungkiri! namun harus selalu bersyukur atas segenap usia yang telah Allah karuniakan kepadaku, setiap tarikan nafas dan udara yang Allah kasih dg cuma-cuma, orang-orang disekitarku yang begitu perhatian, mak dan bakku atas cinta yang tak pernah mereka ungkapkan, namun aku meraasaknnya dan berharap bisa membahagiakan mereka hingga yaumil akhir nanti..keluarga  besarku yang tak bisa ku sebut satu persatu #cekile gaya kayak bikin persembahan skripsi aja# sahabat-sahabatku dan tentunya siswa-siswiku yang sudah memberikan perhatian dan kejutan yang luar biasa... VII Khadijah-ku Alhamdulillah sekarang jadi wali kelas VII khadijah, punya anak 28 orang dengan berbagai karakter yang jelas sholeha dan baik hati serta rajin menabung hehe. pada hari itu mereka buat kejutan yang nggak mengejutkan, loh? hihi cz udah tahu bakal di kerjain dengan modal GR tingkat tinggi haha,  liat mereka ekting...

Akhwat yang menanti

Oleh : Azimah Rahayu. “Dua puluh satu kali, Mbak?”  mataku membulat. Takjub. Aku merentangkan kesepuluh jari tangan sambil melihat ke bawah ke arah telapak kaki yang terbungkus sepatu. 21! Bahkan seluruh jemari tangan dan kakiku pun tak cukup buat menghitungnya. “Itu selama berapa tahun, Mbak?” Aku bertanya lebih lanjut. “Hhmm, kurang lebih tujuh tahun terakhir!” sambutnya gi, ringan saja. Tak tampak pada raut wajahnya yang sudah mulai dihiasi kerut halus kesan malu, tertekan taupun stress. Wajah itu damai. Wajah itu tenang. Tak menyembunyikan luka apalagi derita. “Mbak… ehmm, maaf, tidak patah arang… sekian kali gagal?” Takut takut aku kembali bertanya dengan nada irih. Khawatir menyinggung perasaannya. Dia hanya kembali tersenyum. Tapi kali ini lebih lebar. Sumringah. Dia mengibaskan tangan, sebagai jawaban bahwa dia tak trauma dengan masalah itu. “Kalau sedih, kecewa, terluka… pasti pernah lah ada saat-saat seperti itu. Trauma…. sebenarnya pernah juga. Ny...