Aku sedang membereskan
pakaianku yang belum sempat disetrika ketika mendadak gelap di area kost-ku,
hmm selalu dan selalu gumamku, mati lampu! tapi emang kalo dihitung-hitung udah
2 or 3 kali dalam seminggu listrik padam ditempat kami tinggal, wallohua’lam
bishowab masih bersyukur nggak mati lampu tiap hari.
Dan tiba-tiba ada
suara orang berlari-larian dari kost-an sebelah setelah tak lama berselang
terdengar gedoran yang sangat kencang di pintu kost-anku, dari luar terdengar
suara yang memanggil “Mbak...mbak...buka pintunya donk!”
Akupun melangkah
menuju sumber suara dan membuka gagang pintu, ckkreeekk! Tanpa babibu mereka
langsung menyerbu masuk ke kost-an ku dengan ketakutan. Aku pun panik dan
lansung bertanya “ada apa sih?” dengan ngos-ngosan mereka menjawab “hmm anu
mbak, takut soalnya mati lampu” ujarnya dengan nada jawa medok.
Sontak akupun ketawa
liat tingkah mereka, oalah...takut ya, hehehe takut sama apa sih? Pocong?suster
ngesot?atau...belum sempat aku berbicara mereka udah teriak duluan “huaaaaaaaaaaaaah mbak....” sambil berpelukan gaya teletubies hehe
Mereka tetangga
sebelah kost ku, 2 orang cewek kelas 2 SMK dari kabupaten seberang yang sedang
praktek or magang disalah satu pelabuhan deket sini. Karena jarak dari rumahnya
ke tempat magang jauh kira-kira 3 jam perjalanan akhirnya mereka ngekost di
tempat yang kebetulan sama denganku tepatnya disebelah kost ku.
Cerita berlanjut,
mereka akhirnya memutuskan untuk nginap di kost ku malam ini “Mbak...boleh ya
kami nginap disini” mohon-mohon# aku pun tersenyum dan mengangguk sambil
mengeluarkan peralatan tidur dari kamar. Salah seorang diantara mereka bergumam
“Enak ya disini, pasti syetannya takut sama mbak” aku hanya geleng-geleng. Yang
lain menjawab sok tahu “Ia, mbak tu rajin sholat loh liat tuh tempelannya islam
semua” sambil menunjuk kata-kata motivasi yang tertera didinding ruang tamuku.
Aku pun berkata “De,
syetan itu suka kalo liat kalian kayak gitu”, "hah...tidaaakkk trus gimana
caranya biar syetan nggak ganggu?” katanya dengan lebay. Aku hanya menjawab
satu kata “Sholat”. Akhirnya cerita demi cerita berlanjut tentang syetan,
islam, hijab dan jilbab dan akhirnya tentang hidayah. Mereka lumayan aktif dan
tertarik ngebahas tentang itu, dan akupun merasa berkewajiban untuk
menyampaikannya.
Dibeberapa kalimat
yang membuat mereka terdiam dan tak percaya “Muslimah itu kalo satu langkah aja
keluar rumah nggak pake jilbab berarti satu langkah juga menyeret kaki ayahnya
ke neraka, itu baru nggak pake jilbab nah apalagi kalo ngelakuin
maksiat-maksiat yang lain berarti udah bener-bener masukin ayah kita ke neraka
meski ayahnya ahli ibadah”.
Ooohh gitu mbak? Kata mereka. Aku mengangguk
“Karena kita masih tanggung jawab orang tua kita de, sayang kan sama orang
tuanya?”. Mereka terdiam dan tetap
khidmat mendengar penjelasanku yang panjang kali lebar kali tinggi itu.
“Coba
sekarang kalian pilih, seandainya ada kue yang terbungkus rapi, bersegel dan diletakkan
di etalase sama kue yang nggak dibungkus sama sekali atau terbungkus tapi
alakadarnya, diletakkan ditempat terbuka, hargana murah dan orang lain boleh
pegang-pegang, pilih mana coba?. Mereka saling memandang satu sama lain ngeliat
dandanan mereka yang hanya mengenakan tank-top dan celana jangkist itu, sambil berkata malu-malu
“yang..yang...eng..di etalase”. Aku tersenyum lagi mendengar jawaban mereka.
Akhirnya setelah
beberapa kali dan tak terhitung mereka mengangguk-angguk dan ngucapin “oohh gitu
mbak” yang aku tak tahu apakah mereka ngerti atau Cuma masuk telinga kanan
keluar telinga kiri but aku merasa tugasku untuk menyampaikan kebaikan telah
tersampaikan. Tiba-tiba diantara mereka ada yang nyeletuk, “Mbak aku pengen
berubah!”, bahagia sekali aku mendengarnya. “Semangat de, niatkan selalu dan
realisasikan ya” ujarku menutup perbincangan.
Ketika aku menulis
ini, aku masih belum bisa tertidur. Dan nyaris gak bisa tidur karena memikirkan
mereka yang betul-betul asing dengan keislamannya sendiri. ketika memandangi
wajah-wajah mereka yang sangat butuh sentuhan islam itu. Aku berpikir dan
merenung tentu banyak sekali ABEGE seperti mereka diluar sana. Bukan karena
mereka tak mau tahu tentang islam dan menjalankan islam secara kaffah melainkan
karena mereka benar-benar tidak tahu dan tak ada yang memberi tahu mereka
tentang islam itu sendiri.
Aku jadi prihatin dengan
semua ini, dalam hatiku berkata? Mungkinkah aku masuk ke syurgaMU
sementara tugasku masih
panjang Rabb. Dan aku berharap menjadi orang yang perduli dengan lingkunganku.
Aku berharap bisa bermanfaat dan memperkenalkan islam secara nyata di sekitarku.
Khoirunnas anfaullinnas “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi
manusia lainnya” Oh Rabb...beri mereka hidayah, mudahkanlah niat dan jalan
mereka untuk menuju sumber kebaikan. aamiin...



Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya, silahkan koment :D