Skip to main content

sERU-SERuan (Kebisingan Di Kantor)

Kalo di tanya tentang kata "Kantor ato Ruang Kerja" pasti yang kebayang sesuatu tempat yang sunyi meski banyak orang, di huni oleh para manusia dengan wajah serius dan berkerut-kerut kayak ikan cucut sambil ngadep laptop dan tangan gak berenti garuk-garuk keyboard alias ngetik dan kadang juga garuk-garuk kepala.

Itu suasana kantor pada umumnya, but laen lubuk lain ilalang kalo datang ke kantor kami maka tak ditemui suasana kantor yang kayak begituan yang ada ributnya minta maaf (ampun) deh ama para pendengar maklumlah rata-rata dihuni oleh emak-emak dan bapak-bapak sementara aku, mb yan and si yul-yul jadi kelompok minoritas huaaaaaaah...sttt lupakan!

pagi-pagi udah standby di meja makan sambil berceloteh, dan akhir-akhir ini ada kebiasaan baru yang membuat seisi kantor jadi tambah ribut kayak pasar kaget. apa itu??

TEBAKAN LAGU, huhuhu kacau dah ni SMP, bukannya nambahin hafalan malah nambahin lagu. yang nggak tahan lagu-lagu yang di quiz kan tu tembang-tembang lawas mulai dari koes-ploes, rinto harahap, betaria sonata dan kroni-kroninya ampe lagu bertema melayu2 gimana gitu #malu bilang dangdut# tape deh cin...tembang soneta grupnya bang roma irama, rita sugiarto, iis dahlia, meggy z, mansur es, mansur juz dan laen-laen hahahag.

But aku selalu menang coz  dari orok udah didengerin lagu-lagunya mansur es, maklum bapakku penggemar berat nya, so jangan heran kalau aku bisa nebak dengan mudah malahan ada beberapa lagunya yang hafal... ckckckc nggak sia-sia kaset mansur es bejibun dirumah, Bapak gue sukses! tapi untung takdirku jadi guru bukan jadi penyanyi #bersyukur#

Tapi ini buat aku terpacu untuk dengerin radio guna menambah referensi2 baru, cz jauh dari rumah (lagi ngerantau) jadi jarang denger lagu-lagu gituan. hmm hari ini lagu apa lagi ya?? twew..wew..

Kantor yang penuh canda & Tawa

Comments

Popular posts from this blog

ID Card Pesantren Kilat

assalamu'alaikum sobat, lagi-lagi ane dititahkan untuk ngedesain Id card buat pesantren kilat..#cieh kayak kerajaan# it's okay cz masalah ngedesain tu hobi ane tu meski yaaa...aca kadul kesannya nggak bagus2 amat, hehe masih mending lah daripada nggak ada sama sekali. ini dia, eng tereeeenggg.. setelah diedit disana-sini waktu diprint huahhh..lumayan buram! ahehe tapi karena mo dipake besok ya sudah mau tidak mau akhirnya ini di print juga.. hmm ya segitu dulu ceritanya.. Met menunaikan ibadah puasa sobat semoga ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun kemaren :D AMIN...

YANG KE-26 (kejutan pertama dari khadijah)

Hari berganti begitu cepat ya, nggak kerasa usia udah semakin tua aja, tak bisa dipungkiri! namun harus selalu bersyukur atas segenap usia yang telah Allah karuniakan kepadaku, setiap tarikan nafas dan udara yang Allah kasih dg cuma-cuma, orang-orang disekitarku yang begitu perhatian, mak dan bakku atas cinta yang tak pernah mereka ungkapkan, namun aku meraasaknnya dan berharap bisa membahagiakan mereka hingga yaumil akhir nanti..keluarga  besarku yang tak bisa ku sebut satu persatu #cekile gaya kayak bikin persembahan skripsi aja# sahabat-sahabatku dan tentunya siswa-siswiku yang sudah memberikan perhatian dan kejutan yang luar biasa... VII Khadijah-ku Alhamdulillah sekarang jadi wali kelas VII khadijah, punya anak 28 orang dengan berbagai karakter yang jelas sholeha dan baik hati serta rajin menabung hehe. pada hari itu mereka buat kejutan yang nggak mengejutkan, loh? hihi cz udah tahu bakal di kerjain dengan modal GR tingkat tinggi haha,  liat mereka ekting...

Akhwat yang menanti

Oleh : Azimah Rahayu. “Dua puluh satu kali, Mbak?”  mataku membulat. Takjub. Aku merentangkan kesepuluh jari tangan sambil melihat ke bawah ke arah telapak kaki yang terbungkus sepatu. 21! Bahkan seluruh jemari tangan dan kakiku pun tak cukup buat menghitungnya. “Itu selama berapa tahun, Mbak?” Aku bertanya lebih lanjut. “Hhmm, kurang lebih tujuh tahun terakhir!” sambutnya gi, ringan saja. Tak tampak pada raut wajahnya yang sudah mulai dihiasi kerut halus kesan malu, tertekan taupun stress. Wajah itu damai. Wajah itu tenang. Tak menyembunyikan luka apalagi derita. “Mbak… ehmm, maaf, tidak patah arang… sekian kali gagal?” Takut takut aku kembali bertanya dengan nada irih. Khawatir menyinggung perasaannya. Dia hanya kembali tersenyum. Tapi kali ini lebih lebar. Sumringah. Dia mengibaskan tangan, sebagai jawaban bahwa dia tak trauma dengan masalah itu. “Kalau sedih, kecewa, terluka… pasti pernah lah ada saat-saat seperti itu. Trauma…. sebenarnya pernah juga. Ny...