Skip to main content

Pengetuk Dinding Hati



Tempat tersebut menjadi tempat tongkronganku setiap 3 bulan sekali. Tepatnya di ujung pasar yang berdenyut. Tempat para pengendara berlalu lalang mulai dari kendaraan roda dua,  Roda tiga and roda empat. Ada juga roda enam, kendaraan apaan tu? Hehe itu kendaraan juga ada disini loh, bagi yang belum tahu tak kasih tahu dah. Kendaraan roda enam itu adalah mobil angkot yang ngangkut motor lagi mogok hiks, gak lucu ya? Bagi yang lucu silahkan ketawa deh, tapi nggak usah sambil guling-guling di empang, itu mah alay mbak and mas bro!

Kenapa harus waktu-waktu itu saya nongkrong disana?. Yup benar karena Cuma waktu itu saya bisa pulang kampung alias mudik kecuali kalau saya udah ganti profesi jadi tukang parkir disana hehe. Karena hari-hari biasa “NO-Holiday”. Miris sekali memang, tapi ikhlaskan saja dan biarkan semuanya menjadi ibadah. Dari cerita yang berbelit-belit alias ngalor ngidul tersebut saya pastikan teman-teman udah tahu tempat seperti apa ini. Yup 100 buat pembaca, tempat ini adalah semi terminal. Kok semi terminal sih nyak? Karena menurut saya bentuknya bukan kayak terminal hanya sebuat tempat umum tepat di depan rumah makan dan disampingnya ada butik brokat yang terkadang sering saya intip dikit sambil mikir kapan ya saya pake brokat itu hohoho nganar.com! 

Di depannya berjejer mobil-mobil angkutan umum tujuan bengkulu-kepahyang-curup. Nah saya kebetulan tujuannya ke curup. Meski hanya di sediakan satu bangku panjang untuk para penumpang sebelum detik-detik keberangkatan alias kalo penumpang  belum banyak bisa kebagian duduk, tapi kalo nggak ya terpaksa berdiri. Tapi lumayan banyak penumpang yang datang kesini untuk menggunakan publik transportasinya meskipun mobil disini nggak bagus-bagus amat, bahkan saya pernah kebagian naik mobil umum yang udah bangkotan. Udah suara knalpotnya yang sering meledak-ledak selain itu setiap tanjakan pasti berhenti duh nggak kebayang saat itu jantung mau copot, tapi selalu berdo’a dalam hati “Ya robb selamatkan kami, selamatkan kami” begitu khusyu’nya berdo’a karena mengingat dan menimbang uang kost-an belum lunas. Takut ntar pas meninggal nggak jadi masuk syurga deh, Hehe...

Ntah alasan apa para penumpang begitu setia dengan terminal ini. Kalau ditilik secara seksama sih selain excellent service nya kurang bagus, mobilnya juga nggak ada yang mantep mungkin keluaran 2 windu dulu kala hehe minjam kata-katanya mas suara persaudaraan. Tapi mungkin juga karena kebutuhan yang mengharuskan mereka menggunakan public transportation disini. Bagi saya pribadi, saya termasuk orang yang setia dengan terminal ini karena saya punya penyakit nggak tahan naik mobil bagus. Saya sadari tak susah mencari mobil travel yang bagus-bagus sekelas Avanza, Senia, AVV, Ferrary, and Marcedes Bend hee ayak2 wae...!

Tapi ya itu, saya nggak tahan. Sekali nggak tahan teteup NGGAK TAHAN karena pake AC jangan kan naik mobilnya, baru ncium bau tu mobil rasanya perut udah di aduk-aduk dan tak akan memakan waktu lama untuk mengeluarkan suara terindah...Uuuweekk, saya muntah pemirsa!

Tapi alhamdulillah dengan menggunakan transportasi umum disini saya nggak pernah mabuk perjalanan. Karena mobilnya non-AC alias pake AC alam. Tinggal buka jendela dan melihat pemandangan di sepanjang jalan. Beda dengan mobil travel yang kacanya nggak boleh dibuka karena pake itu tu musuh bebuyutan ku AC. Hehe maklumlah namanya juga bukan anak orang kaya, biasa di tempat dingin jadi nggak pernah terkena sentuhan AC. Ya kalo di kampung saya pake AC bisa-bisa kita jadi patung es. Dinggin brrbrbrbr...

Selain itu saya juga punya alasan lain. Saya merasa itu tempat yang menarik karena saya dapat menemukan berbagai fenomena dan peristiwa yang terjadi secara nggak sengaja. Biasanya ketika duduk disana saya selalu siapkan buku kecil untuk mencatat semua aktifitas manusia yang padat merayap itu. Tak sia-sia, akhirnya beberapa kali saya duduk disana ada beberapa tragedi yang dapat menambah referensi menulis saya. Dari beberapa tragedi saya ambil 2 saja yang paling berkesan bagi saya.
Tragedi Pertama
Siang itu begitu terik. Saya tiba di terminal tersebut dengan disambut teriakan para kenek mobil yang berkoar-koar di samping mobil umum yang siap berangkat “Curup-curup” kata mereka bersahut-sahutan. Saya menghampiri salah satu kenek dan melakukan transaksi pembayaran.Sempat terkejut karena mendengar ongkos mobil naek 25ribu menjadi 30ribu. Tapi ya sudahlah yang penting bisa pulkam. 

Selanjutnya saya menghampiri pedagang minuman di sisi rumah makan dan membeli minuman dingin. Setelah itu mengisi bangku panjang yang sudah duduk manis seorang ibu yang sudah cukup tua. Sambil minum saya pun mencoba berbasa-basi “Mau Kemana Bu?” beliau menjawab “ Kecurup Nak” dan menanyakan balik disertai dengan ngedumel tentang naiknya ongkos angkutan umum. saya hanya tersenyum menanggapi keluh kesah si ibu penumpang.

Tidak seperti biasanya, hari itu cukup lama menunggu untuk membuat mobil penuh dengan penumpang. Saya melihat jam dinding di rumah makan, sudah menunjukkan pukul setengah 3 sore. Saya menarik nafas “untung sudah di jamak dengan shalat dzuhur” kata saya tidak pada siapa-siapa. Karena saya sudah memperkirakan saya pasti sampai di kampung saat maghrib tiba.

Di depan saya berdiri kenek mobil tadi dengan dandanan yang persis preman pasar. Kaos kumal, topi pet yang tak kalah kumal dan rambut di kuncir dibelakang. Untung aja nggak di kepang coz mirip siti nurbaya ntar hehe. 

Saya memberanikan diri bertanya “Masih Lama Bang?”  beliau pun menjawab “Sabar..sabar tinggal 2 penumpang lagi” sambil menginjak-nginjak puntung rokoknya yang sudah habis. Tak lama dari kejauhan terdengar adzan ashar berkumandang. Si kenek tiba-tiba berbicara dengan temannya yang lain, ntah membicarakan apa, gerakannya agak tergesa-gesa. Kenek-kenek lain yang berdiri yang disampingku dan ibu tadi bertanya kepadanya “Nak kemano bos?”. Tak disangka beliau menjawab dengan kharimatik, “Kemasjid bos, sholat ashar dulu nak ikut dak?” yang bertanya hanya tersenyum tanpa bergerak sedikitpun. Beliau pun berkata lagi “Lanang tu sholat dimasjid, pelah biar nambah rejeki tu”. Sambil merogoh peci putih disakunya dan menyarungkan dikepalanya.

Seketika topi pet telah tergantikan kedudukannya dengan peci putih yang menutupi sebagian kepala termasuk kunciran rambut yang ada dibelakang kepalanya. Seiring dengan berlalunya ia dari hadapan kami.
Subhanalloh kataku, don’t Judge A Book From The Cover, slogan itu harus selalu kita ingat berkali-kali ketika hendak menilai seseorang. Terkadang tampilan luar tak selalu mencerminkan hati yang ada di dalamnya. Seperti kenek yang tadi, mungkin saja dandanan tersebut karena profesi beliau yang hanya seorang kenek. Berbeda mungkin ketika si kenek tadi bekerja di kantor walikota yang dandanan harus klimis dan cling. 

Namun satu pelajaran dari si kenek tadi yaitu: dimanapun, dalam keadaan bagaimanapun beliau tak pernah lupa waktu-waktu untuk menghadap sang penciptanya. Mungkin saja 2 penumpang yang dicari dengan mudah di ambil kenek lain, namun tak membuat dia khawatir dan menyurutkan langkahnya menuju rumah Alloh.  Mengcopy paste kalimatnya “Sholat biar nambah rejeki”, Sebuah bentuk rasa syukur dan penghambaan yang tinggi bagi seorang kenek mobil umum.

Tragedi Kedua
Masih ditempat yang sama namun diwaktu yang berbeda. Kejadian si kenek itu membuat saya jadi tertarik untuk mencatat setiap kejadian demi kejadian di terminal itu. mengasikkan memang! Saya sibuk mencatat di buku mungilku tentang aktifitas para manusia yang berlalu lalang bak semut yang sedang berjalan mencari remah-remah gula itu. Bedanya hari ini bukan tentang si kenek tadi...hmm lalu tentang apa? Saya mencari objek yang menarik untuk ditulis di harianku. Tiba-tiba pandangan saya terantuk kepada sosok laki-laki yang sedang makan kerupuk sambil berdiri, hfft saya bersungut betul-betul nggak ngikutin sunah. Ah mungkin orang ini nggak ngerti apa itu sunah. 

Tapi tunggu..tunggu... sepertinya saya tak asing dengan wajah itu? saya pun melihat sekali lagi, hmm saya yakin pernah bertemu orang ini tapi dimana? Orang itupun melihat kearahku dengan tatapan aneh sambil masih ngunyah-ngunyah kerupuk sambil berdiri dan jalan lagi. Tiba-tiba seorang laki-laki berjaket coklat keluar dari rumah makan dan menghampiri laki-laki tersebut.

Mereka berduapun langsung berlalu ke arah yang berlawanan dengan pandanganku, masih penasaran! Saya pun melihat lagi dan sebuah kalimat terbaca jelas di belakang pundaknya, sebuah slogan organisasi islami yang tak asing lagi bagi saya. Karena disanalah tempat saya berkecimpung dengan embel-embel dakwah dibelakangnya waktu saya masih kuliah. Oh saya jadi teringat dulu waktu masih kuliah laki-laki tadi pernah menyampaikan kata sambutan sebagai ketua organisasi pusat, saya kumpulkan lagi ingatan saya. Dan ingatan saya pun mulai menajam saat itu dengan semangat berkobar-kobar beliau menggemakan takbir dan mengepalkan tangan serta di ikuti oleh puluhan kader yang lain.
Tapi...kok?
Duhh...saya jadi berpikir, kok dia nggak tahu sunah sih? Masa? Makan sambil berdiri apalagi berjalan. Disekolahku itu merupakan kesalahan yang cukup membuat berang para asatidz dan asatidzah. Kalau ini dilakukan dengan siswaku mungkin dia udah kejemur kayak ikan asin dibawah terik matahari. Saya pun geleng-geleng kepala..ckckckck 

Bukan itu saja, tapi slogan atau merek terpampang di pundak kedua laki-laki itu sungguh tak mencerminkan sikaf dan tindakan yang dilakukannya. Minum dan makan sambil berdiri! Saya mendapat kesimpulan bahwasanya apa yang kita pakai apalagi itu menunjukkan sebuah identitas sebuah organisasi seharusnya di jaga dengan baik karena itu dapat mengganggu citra dari identitas organisasi tersebut. Apalagi yang kita bawa adalah sebuah organisasi dakwah yang dimata para masyarakat jika sudah termasuk kedalam organisasi itu sudah terjamin akhlaknya, sikaf dan ibadahnya. Tapi kenyataannya masih saya temui orang-orang seperti itu. 

Pelajaran bagi saya dan juga para pengusung dakwah yang lain, yang mengaku sebagai agent of change! Adik-adik saya yang masih getol dan aktif organisasi di kampus. Dakwah tak hanya di mulut saja namun akan lebih baik ketika di amalkan dalam keseharian kita. Tak hanya berkoar-koar menyuarakan takbir namun hal yang remeh temeh yang merupakan sunah rosul pun wajib kita koarkan dan kita laksanakan.

Karena ketika kita menyampaikan ilmu namun kita sendiri tidak melakukannya ibarat jasad yang kehilangan ruh. Tak ada zuh yang terpancar, karena ilmu dan amal berbanding lurus. Ilmu tanpa amal pincang dan amal tanpa ilmu buta. Semoga kita tak mengambil salah satunya apalagi kedua-duanya. 

Sebagai agent of change atau agen perubah. Tak menutup kemungkinan kita dapat mengubah dunia dan saya yakin islam akan tegak dan berjaya selama masih ada para pendakwah yang menyerukan kebaikan namun jangan sampai lupa dengan hal terkecil yang ada disekeliling kita. Alangkah baiknya ketika diri kita dahulu yang kita ubah untuk menjadi lebih baik. Kata aa’ gym “Mulai dari diri sendiri, mulai dari yang kecil dan mulai dari sekarang”. Berusahalah untuk memperbaiki diri sendiri tapi bukan untuk dilihat oleh manusia namun Hanya untuk Allah. Terkadang tanpa disadari sikaf santun dan kebaikan kita menyentuh orang lain tanpa harus di koarkan. Itulah namanya dakwah bil hal atau dakwah dengan perbuatan.

Wahai para pejuang Islam! Kalian, kita adalah orang-orang yang seharusnya paling baik perangainya, paling santun dan lemah lembut kepada sesama muslim, dan paling baik ibadahnya. Janganlah engkau mengira bahwa engkau hanya cukup mengerjakan yang wajib-wajib saja lalu engkau tinggalkan ibadah sunnah lalu engkau merasa itu cukup. Lihatlah para pejuang islam di masa lalu. siapakah mereka? Mereka adalah orang yang tidak pernah absen dalam shalat jama’ah kecuali udzur, selalu mengerjakan tahajud di setiap akhir sepertiga malamnya, berpuasa senin-kamis, getol melakukan sunah-sunah lainnya, berusaha menghapal dan mempelajari Qur’an, dan mereka adalah orang-orang yang sangat merasa lemah hingga meneteskan air mata ketika berzikir dihadapan-Nya. Itulah potret dari pejuang muslim yang perlu kita tiru!

Ya Allah, jadikanlah para pejuang Agama-Mu ini menjadi orang-orang yang engkau ridhai. Ampunilah kesalahan-kesalahan kami, dan bimbinglah kami agar bisa mewujudkan cita-cita kami, yaitu tegaknya hukum- Mu. Ya Allah hanya ENGKAU lah yang mampu mewujudkan cita-cita kami. Namun kami hanyalah orang-orang yang ingin berjuang dijalan-Mu, karena memang ENGKAU hanya ingin menguji. Ya Allah, istiqamahkanlah hati kami untuk terus berada di jalan ini, dan berikanlah kepada kami para ahlul quwwah yang akan membantu dakwah ini. Amin...

Again and again “Everything you do, do it just for Alloh”......

Hidup itu ibarat lagu yang memiliki ritme-ritme yang telah ditentukan supaya menjadi indah, namun jika tak kita ikuti ritme yang sesungguhnya bisa jadi lagu tersebut menjadi kusut dan memekakkan gendang telinga.
sebuah pelajaran lagi, semoga ini bermanfaat bagi kita semua, bagi yang berminat untuk membacanya dan mengambil ‘ibroh nya, karena hamparan kauniyahNya adalah tempat sebaik-baik kita mengambil pelajaran.

Comments

Popular posts from this blog

Menguji adrenalin jilid 2

Seperti biasanya sehabis subuh aku luangkan waktu untuk lari pagi nggak jauh dari rumah, ya cara ini cukup ampuh buat ngilangin rasa kantuk dan setidaknya ngurangin lemak-lemak yang masih istiqomah nempel di body..kalau nggak begitu kasur dan bantal terlalu menggoda seolah mengajak ku dengan hipnotisnya " tidurlah...tidurlah.." hkhkhk Akupun mulai berlari dengan basmalah,Lah?  jalanan masih gelap, terlihat satu dua ibu- ibu yang udah standby nungguin mamang sayur dan beberapa udah pada nongkrong di warung2..udara yg dingin dan segar membuat aku jadi sedikit menggigil tapi tentu tak bertahan lama, setelah beberapa menit berlari membuat tubuhku mulai hangat dan berkeringat.. orang  mungkin aneh juga liat aku, cz secara lari pagi tapi nggak pake atribut lengkap melainkan pake sandal jepit, rok dan baju gedombrang #apalah namanya.. Semenit kemudian aku berlari menyibak kegelapan subuh, tiba2 ada suara orang ngoceh  tapi nggak jelas, aku cuek sambil terus berlari..dan se

Cinta Sejati

Sebuah kisah Cinta Sejati, Kisah nyata yang pernah terjadi di Bumi ini… Sekian ratus tahun yang lalu… Di malam yang sunyi, di dalam rumah sederhana yang tidak seberapa luasnya… seorang istri tengah menunggu kepulangan suaminya. Tak biasanya sang suami pulang larut malam. Sang istri bingung…. hari sudah larut dan ia sudah sangat kelelahan dan mengantuk. Namun, tak terlintas sedikitpun dalam benaknya untuk segera tidur dan terlelap di tempat tidur suaminya. Dengan setia ia ingin tetap menunggu… namun, rasa ngantuk semakin menjadi-jadi dan Sang suami tercinta belum juga datang. Tak berapa lama kemudian…. seorang laki-laki yang sangat berwibawa lagi luhur budinya tiba di rumahnya yang sederhana. Laki-laki ini adalah suami dari sang istri tersebut. Malam ini beliau pulang lebih lambat dari biasanya, kelelahan dan penat sangat terasa. Namun, ketika akan mengetuk pintu, terpikir olehnya Sang istri yang tengah terlelap tidur…. ah, sungguh ia tak ingin membang

ID Card Pesantren Kilat

assalamu'alaikum sobat, lagi-lagi ane dititahkan untuk ngedesain Id card buat pesantren kilat..#cieh kayak kerajaan# it's okay cz masalah ngedesain tu hobi ane tu meski yaaa...aca kadul kesannya nggak bagus2 amat, hehe masih mending lah daripada nggak ada sama sekali. ini dia, eng tereeeenggg.. setelah diedit disana-sini waktu diprint huahhh..lumayan buram! ahehe tapi karena mo dipake besok ya sudah mau tidak mau akhirnya ini di print juga.. hmm ya segitu dulu ceritanya.. Met menunaikan ibadah puasa sobat semoga ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun kemaren :D AMIN...