Skip to main content

Mengenal-Mu



Tentu saja, mengenal Allah yang dimaksud adalah yang melahirkan rasa takut, tawakal, berharap, menggantungkan diri, dan tunduk hanya kepada-Nya. Pengenalan yang menyebabkan kita berupaya maksimal untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah. Sekaligus, mengantarkan jiwa kepada ketenangan, ketentraman dan kepercayaan diri yang tinggi karena tergantung kepada Allah swt.

Bagaimana Mengenal-Nya?
            Mengenal Allah ada empat cara yaitu mengenal wujud Allah, mengenal rububiyah Allah, mengenal uluhiyah Allah, dan mengenal nama-nama dan sifat-sifat Allah. Ibnul Qoyyim mengatakan, “Allah mengajak hamba-Nya untuk mengenal diri-Nya di dalam Al-Qur’an dengan dua cara, yaitu pertama, memperhatikan segala perbuatan Allah dan yang ke dua, melihat dan merenungi serta menggali tanda-tanda kebesaran Allah, seperti dalam firman-Nya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam terdapat (tanda-tanda kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memiliki akal” (Ali Imran:190)

Mengenal Wujud Allah
            Yaitu beriman bahwa Allah itu ada. Eksistensi Allah dibuktikan oleh fitrah, akal, dan panca indera manusia. Selain itu ditetapkan pula oleh syari’at. Lihatlah berbagai makhluk ciptaan Allah yang berbeda-beda bentuk, warna, jenis dan sebagainya. Luar biasa bukan? Akal kita akan menyatakan bahwa adanya itu semua tentu ada yang menciptakan. Tak mungkin hadir dengan sendirinya. Indera kita juga mengakui keberadaan Allah. Kita bisa melihat setiap hari manusia berdo’a, dan meminta sesuatu kepada Allah. Kemudian Allah mengabulkannya. Berarti kan Allah itu ada. Kemudian secara fitrah, disebutkan di dalam Al-Qur’an. “Dan ingatlah ketiak Tuhanmu menurunkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dn Allah mengabil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah Aku ini Tuhanmu’ Mereka menjawab: ‘(Betul Engkau Tuhan kami) kami mempersaksikannya (Kami lakukan yang demikian itu) agar kalian pada hari kiamat tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya kami Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan-Mu) atau agar kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu sedangkan kami adalah anak-anak keturunan yang datang setelah mereka’” (Al-A’raf: 172-173).
            Sedangkan bukti syari’at, kita meyakini bahwa syari’at Allah begitu bijak dan membawa kebaikan bagi makhluk. Nah, ini jelas menunjukkan bahwa syari’at itu datang dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana.

Mengenal Rububiyah Allah
            Rububiyah Allah adalah mengesakan Allah dalam tiga perkara, yaitu: penciptaan-Nya (terhadap semua makhluk), kekuasaan-Nya, dan pengaturan-Nya. Maknanya, meyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala manfaat dan menolak segala mudharat. Meyakini bahwa Allah adalah Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan pemilik segala sesuatu. Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorang pun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah berfirman,
            “Katakanlah: ‘Dialah Allah yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya’” (Al-Ikhlas: 1-4).
            Maka ketika seseorang meyakini bahwa selain Allah ada yang memiliki kemampuan untuk melakukan seperti di atas, berati orang tersebut zalim dan melakukan kesyirikan. Dalam masalah rububiyah Allah ini, orang kafir jahiliyah sudah menyakininya. Mereka tahu kalau berhala-berhala yang disembah tidak mampu mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta. Tujuan mereka menyembah berhala itu ada dua:
            Pertama, agar semakin dekat kepada Allah (pasti mustahil berhasil). Firman-Nya,
            “Dan orang-orang yang menjadikan selain Allah sebagai penolong, (mereka mengatakan): ‘kami tidak menyembah mereka, melainkan agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’” (Az-Zumar: 3).
            Ke dua, agar mereka memberikan syafa’at (pembelaan) di sisi Allah (juga mustahil). Allah berfirman,
            “Dan mereka menyembah selain Allah dari apa-apa yang tidak bisa memberikan mudharat dan manfaat bagi mereka, dan mereka berkata: ‘Mereka (sesembahan itu) adalah memberi syafa’at kami di sisi Allah’” (Yunus: 18).
            Keyakinan bahwa orang kafir jahiliyah mengakui tauhid rububiyah dijelaskan Allah dalam beberapa firman-Nya,
“Kalau kamu bertanya kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan mereka?’ Mereka akan menjawab: ’Allah’” (Az-Zukhruf:87).
            Keyakinan mereka yang demikian itu tidak menyebabkan mereka masuk ke dalam Islam. Bahkan Rasulullah mengumumkan peperangan melawan mereka. Makanya, meyakini tauhid rububiyah saja tidak cukup.
            Inti tauhid rububiyah adalah hanya Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. Memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, menyelamatkan dari musibah itu semua hanya Allah yang mempu melakukannya. Bila hanya Allah swt uang mampu melakukan hal tersebut, maka konsekuensinya kita hanya layak memberikan peribadatan kepada Allah semata.

Mengenal Uluhiyah Allah
            Uluhiyah Allah adalah mengesakan segala bentuk peribadatan bagi Allah, seperti: Berdo’a, meminta, tawakal, takut, berharap, menyembelih, bernadzar, cinta, dan selainnya dari jenis-jenis ibadah yang telah diajarkan Allah dan Rasulullah saw. Memperuntukkan satu jenis ibadah kepada selain Allah termasuk perbuatan zhalim yang besar di sisi-Nya yang sering diistilahkan denga syirik kepada Allah. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an.
            ”Hanya kepada-Mu ya Allah, kami menyembah dan hanya kepada-Mu ya Allah, kami meminta pertolongan” (Al-Fatihah: 5).
            Rasulullah saw telah membimbing ibnu Abbas r.a. (dan juga kita tentunya),
            ”Apabila kamu minta, maka mintalah kepada Allah dan apabila kamu minta tolong, maka minta tolonglah kepada Allah” (Riwayat Tirmidzi).
            Allah berfirman,
            ”Dan sembahlah Allah dan jangan kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun” (An-Nisa’: 36).
            Dengan ayat-ayat dan hadits di atas, Allah dan Rasul-Nya telah jelas mengingatkan tentang tidak bolehnya seseorang untuk memberikan peribadatan sedikit pun kepada selain Allah karena semuanya itu hanyalah milik Allah semata. Rasulullah saw bersabda,
            ”Allah berfirman kepada ahli neraka yang paling ringan adzabnya: ’Kalau seandainya kamu memiliki dunia dan apa yang ada di dalamnya dan sepertinya lagi, apakah kamu akan menebus dirimu?’ Dia menjawab: ’Ya’. Allah berfirman, ’Sungguh Aku telah menginginkan darimu lebih ringan dari ini ketika kamu berada di tulang rusuk Adam, tetapi kamu enggan, kecuali terus mempersekutukan-Ku’” (
Riwayat Muslim).
            Rasulullah saw bersabda,
            ”Allah berfirman dalam hadits qudsi: ”Saya tidak butuh kepada sekutu-sekutu, maka barangsiapa yang melakukan satu amalan dan dia tidak menyekutukan Aku dengan selain-Ku  maka Aku akan membiarkannya dan sekutunya.” (Riwayat Muslim)
            Contoh penyimpangan uluhiyyah ini bertebaran dimana-mana. Di antaranya meminta dibebaskan dari musibah dan kesulitan kepada arwah para wali (ngalap berkah ke makam-makan wali). Ibnul Qoyyim mengatakan, ”Kesyirikan adalah penghancur tauhid rububiyah dan pelecehan terhadap tauhid uluhiyyah, dan berburuk sangka terhadap Allah.”

Mengenal Nama-nama dan Sifat-sifat Allah
            Maksudnya, kita beriman bahwa Allah memiliki nama-nama yang Dia telah menamakan diri-Nya dengannya atau Rasul-Nya telah menamakan-Nya, dan bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang tinggi yang Dia telah sifati diri-Nya dengannya atau Raul-Nya yang telah mensifati-Nya. Allah berfirman,
”Dan Allah memiliki nama-nama yang baik ...” (Al-A’raf: 186).

            Dalam hal ini, kita harus beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan apa yang dimaukan Allah dan Rasul-Nya dan tidak menyelewengkan sedikit pun.          

Comments

Popular posts from this blog

ID Card Pesantren Kilat

assalamu'alaikum sobat, lagi-lagi ane dititahkan untuk ngedesain Id card buat pesantren kilat..#cieh kayak kerajaan# it's okay cz masalah ngedesain tu hobi ane tu meski yaaa...aca kadul kesannya nggak bagus2 amat, hehe masih mending lah daripada nggak ada sama sekali. ini dia, eng tereeeenggg.. setelah diedit disana-sini waktu diprint huahhh..lumayan buram! ahehe tapi karena mo dipake besok ya sudah mau tidak mau akhirnya ini di print juga.. hmm ya segitu dulu ceritanya.. Met menunaikan ibadah puasa sobat semoga ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun kemaren :D AMIN...

Training " Gurunya Manusia"

waw really amazing training,I give two thumb for that^^ hayoo siapa yang pernah diajar sama om jin atau sama nyemot? haha..yang jelas bukan ini maksudnya, gurunya manusia yaitu guru yang benar-benar memperlakukan siswanya sesuai dengan perkembangan mereka masing-masing, yang benar-benar memperlakukan siswanya sesuai dengan prinsip kemanusian bukan dengan sistem robot atau sistem paksaan. mungkin sobat semua masih ingat gimana sistem pembelajaran yang ada disekolah-sekolah kita,aha bagi adik-adik yang masih bersekolah dan sekolahnya masih menerapkan sistem robot ini tentu saja masih merasakan betapa tidak kondusifnya pembelajaran dengan sistem tersebut. harus duduk, diam dan memperhatikan guru didepan kelas, bahkan ke toilet pun harus berpikir berkali-kali cz saking takutnya sama si guru. pernah terjadi sama adik kelas ku waktu SD, ngompol didepan kelas karena takut di hukum sama guru *ckckck* ketika kita banyak bertanya dibilang cerewet, banyak gerak dibilang nakal dll. padahal t...

mujahid kecil palestina

Syahid kecil, Mu’taz Nafidz Husein Al-Syarafi dilahirkan di kota Gaza tanggal 02 Oktober 1993. Dibesarkan oleh keluarga mulia yang dikenal dengan pengabdiannya kepada bangsa dan taat beragama. Sebuah keluarga Palestin yang diusir keluar oleh pihak penjajah Israel tahun 1948 seperti keluarga Palestin lainnya keluar dari tanah kelahirannya di daerah Harbea. Keluarga Mu’taz, syahid kecil ini, terdiri daripada ibu, Dr. Su’ad Audah dan empat saudara.Ayahnya meninggal dunia pada tahun 1997, dan Mu’taz adalah anak yang ketiga. Ketika syahid, ia duduk di kelas enam Sekolah Dasar Abu Husein. Ia sering mengatasi pelajar lain di dalam kelasnya, dikenal akan keberaniannya dan kecerdasannya yang cemerlang. Mu’taz kecil sudah dibina sejak kecil untuk mengikuti shalat berjama’ah di masjid, terutama shalat fajar (subuh). Maka ia tergolong sebagai jama’ah tetap di masjid Khalid bin Walid. Cintanya Kepada Jihad dan Syahid Syahid kecil kita ini, Mu’taz, dikenal orang kerana keberaniannya dan pant...