“Ada seseorang dalam hidupmu yang ketika dia pergi maka dia juga membawa sepotong hatimu”
Kata-kata itu simpel tapi...cukup membuat hatiku gerimis.
Hanya saja aku tak tahu bagaimana mengungkapkannya? Jangankan untuk dikatakan,
mengingatnya saja aku kehilangan kosa kata. Lidahku kelu sekali untuk mengeja
huruf demi huruf yang biasanya lantangkan aku ucapkan. Aku memang vokal untuk
berkata-kata, sepertinya jiwa linguistic telah tertanam dalam jiwaku. Hanya
saja ketika membaca itu, aku seakan bisu. aku merasa tak bertulang, sendi dan engsel seolah lepas dari posisinya.
Hujan
Lagi-lagi kau teman setiaku, hanya hujan yang mampu
menghapus bulir-bulir bening yang jatuh
bersama milyaran air yang turun dari langit. Ku biarkan air itu terus mengguyur
tubuhku yang ringkih. Sesekali aku juga ingin kembali menikmati masa kecil yang
selalu bahagia bermain denga kecipak air. Hiburku!
Sorotan aneh kutangkap dari berpasang-pasang mata yang menuju
ke satu arah, Aku!. Aneh saja, masih ada sosok dewasa yang bermain-main air
layaknya anak-anak yang bertemu dengan badut ancol. Tapi tak kuhiraukan, toh
ini duniaku...ini caraku untuk mengatasi kesedihanku.
Kusenandungkan pintaku pada sang Penguat, untuk kebahagianya hamba yang Allah cintai itu. Walaupun malu hati juga karena aku merasa kehilangan nilai di saat ku meminta seperti itu.
Ada kesadaran yang membuncah, ada banyak pelajaran yang ku
petik. Ya, Allah tlah mengetuk kesadaranku. Mungkin saja belum utuh hijrahku
pun belum sempurna amalanku untukNya ketika dengan tak sedar masih mengharapkan
nama lain selain-Nya.
Allah menghendaki ketulusan cinta dari hambaNYA, cinta yang
utuh yang tak terbagi sedikit jua. Cinta sejati yang sampai merasuk ke sudut
hati. Cinta suci yang memadati setiap inci tulang, bergerak bersama aliran
darah, membahana seiring deguban jantung.
Allah tak menghendaki cabang hati meski hanya satu senti,
butiran hujan yang turun tak terbendung menjadi saksi kemurnian cinta hamba
yang mengharapkan kemuliaan. Yang menyadari baha Allah tak menginginkan hati
yang terbelah keindahan dan kedalaman cinta bagiNya.
Biarlah kesucian mengalahkan kepalsuan dunia. Cinta suci yang
hanya tertaut utuh pada Ilahi, dengan kerinduan akan saat-saat perjumpaan
dengan-Nya. Karena hanya DIA pemilik hati yang mengajarkan bagaimana mengeja
cinta, melafalkannya dengan benar dan hidup dengan semangat sepanjang masa.
Rabb, apapun yang terjadi adalah takdir yang telah engkau
skenario seindah dan sebaik mungkin. Sedangkan kami tidak mengetahui apapun.
Kuatkan aku, istiqomahkaan aku, tolonglah aku dari kerapuhan ini serta beri aku
keikhlasan..keikhlasan yang full sehingga tak kurasai lagi perih ini di saat
aku membacanya. Izinkan aku mengambil sepotong hati baruku, yang membuat aku
merasa layak untuk mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat nanti yang abadi.
Ku merapat dan mengumpulkan keping-keping yang terserak
hingga utuh. Dengan berjuta ampunku,
“ Rabbi... ini hatiku,.. yang utuh dan sempurna mengharapkan-MU”
Comments
Post a Comment
Terima kasih atas kunjungannya, silahkan koment :D