Skip to main content

SAKINAH?

           Sakinah? toeeng Hihi, terdengar lucu karena di ucapkn sama diriku yang belum tahu apa itu, yang pasti itu bukan sejenis makanan yang terbuat dari ubi dicampur gula merah huhhtf jadi laper, mungkin terlalu dini bocah ini mengucapkannya, seperti kata temanku yang selalu ngenyek "nikah dulu ton..toooon" tapi tentu nggak ada salahnya kan jika berharap suatu saat nanti bisa sakinah bersamanya…cieh, bersama? Orang yang tak tahu dimana rimbanya, seperti apa batang idungnya masih misteri, kata mbak nur “”menanti dengan sabar, hanya puzzle yang belum menemui tempatnya” uhh…tapi beliau selalu jadi biang provokator dan biang galau, gggrrhh…



        Berawal dari tetangga sebelah kost ku yang akhir-akhir ini terdengar berantem, marah-marahan, dan saling ejek-mengejek, dan apalah namanya itu. Bukan sengaja nguping, tapi emang suaranya itu kayak pake toa, kenceng banget. Dan itu terjadi hamper setiap hari…
              Duh, awalnya aku sih nggak mikirin, tapi kok aku jadi kasihan, padahal usia pernikahan mereka baru seumur jagung, alias belum sampe 2 bulan. Hmm…di saat pasangan lain mungkin masih memadu kasih, masih seneng denger lagu  “hanya kita berdua yang laen numpang” bla..bla… hehe tapi tetanggaku malah kebalikannya, di usia pernikahan terhitung masih muda eh udah bertengkar, main piring-piringan terbang. Dimana sakinahnya coba? #meriksa kolong meja#
              Aku pernah lihat akhwat dan ikhwan yang baru nikah kayak mereka, jalan-jalan ke bioskop sambil pegangan tangan kayak orang pacaran atau maen sepeda boncengan berdua di tepi pantai, subhanalloh..liatny seneng ya, pernikahan jadi suatu yang di dambakan. Tapi kalau sebuah pernikahan di analogikan kayak tetanggaku barusan bisa-bisa pernikahan bisa jadi ambang penderitaan. Nah kalo baru 2 bulan aja udah berantem dan saling olok-mengolok, gimana seterusnya? Besok? Lusa?setahun, 2tahun atau 5 tahun? Bukankah pasangan itu yang bakal nemenin kita seumur hidup? Sama aja tinggal ama musuh dalam selimut barangkali pepatahnya :D
              Benar kata sahabat “Huwa jannatuki au naaruki?”dia itu syrgamu atau nerakamu? Pondasinya emang ada di suami, cz suami adalah pemimpin. Dia yang akan memimpin pasukannya (istri&anak) ke syurga atau neraka? Betul?
              Nah itu mengapa sakinah itu ternyata bukan di awali dari sebuah ijab “saya terima nikahnya..bla..bla..” namun dimulai disaat kita mencari pendamping yang tepat untuk kita, ups bukan untuk pacaran tapi pernikahan, karena pacaran udah jelas keharamannya, dan sebagai bukti rumah tangga yang dimulai dg pacaran maka berkahnya jadi brkurang, bisa jadi kisah tetanggaku tadi salah satu dampaknya.
              Menikah bukan untuk 1 atau 2 hari saja tapi untuk Selama-lamanya, kata makku menasihati,  sehingga hendaklah kita memilih pendamping dengan cermat. Jika ingin bahagia dunia dan akhirat maka kita harus mencari pndamping hidup yang sholeh dan sholeha, bagaimana sih kriterianya?
              Orang sholeh/ha itu yaitu memiliki pemahaman agama yang baik, menjaga kehormatan dirinya, keluarganya, berakhlak yang baik, bertakwa dan menjalankan hokum Allah, bertanggung jawab pada dirinya sendiri bagi laki-laki mampu mendidik anak dan istrinya terutama dengan ilmu agama sebagai bentuk tanggung jawabnya. Nah lalu dimana ya dapat yang kayak begitu? #buka kulkas# hihi yang ketemu malah bunga es..
              Caranya adalah mulai dari diri kita sendiri, karena jodoh itu seperti kita sedang bercermin, bagaimana kita saat ini maka begitulah pasangan kita nanti. Especially yang berhubungan dengan kadar keimanan. Jika kita ingin pasangan yang sholeh maka sholehkan diri kita dulu, pengen yang hafidz qur’an tapi kitanya nggak, loh gimana bisa? Pengen yang pemahaman agama bagus, maka kita jangan malas untuk nuntut ilmu apalagi ilmu syar’I, uber-uber tu ilmu dimanapun berada, karena dari ilmu kita tahu banyak hal karena ilmu adalah pondasi segala amaal, dari ilmu kita tahu hak dan kewajiban seorang istri, kita tahu bagaimana menyenangkan hati suami, kita tahu bagaimana mendidik anak menurut islam, dll
               Ilmu itu luas, kita bisa dapet dg mudah dan media manapun, seperti buku, internet, Alquran, tafsr. Video, radio, TV, namun lebih baik lagi kalau kita sempatkan diri buat menhadiri kajian-kajian islam. Cz ternyata beda rasanya jika ilmu kita dapat dari media elektronik ama kita belajar langsung sama ustadz and ustadzahnya.
              Dan teruslah perbaiki diri, perbaiki amalan, sholat, tilawah, shadaqah, dll. Dan terakhir adalah berdo’a padaNya supaya di beri pasangan yang sholeh/sholeha supaya bisa membina rumah tangga yang bahagia di dunia dan akhirat.
              Pernah menonton film india “the lunc box” bagaimana perjuangan seorang istri memasakkan makan siang bagi suaminya, dengan kerja keras, hingga menghasilkan makanan yang enak, namun ternyata sang suami tidak sedikitpun menghargai jerih payah itu karena ternyata suami tidak pernah mencicipi makanan enak sang istri dikarenakan tempat makan siang itu tertukar dengan orang lain. Hingga pada akhirnya sang istri menegtahuinya namun tidak segera menjelaskan kepada suaminya karena memang telah lama mereka tidak berkomunikasi alias perang dingin, dor..dor..hingga berujung pada perceraian.


              Dari film ini sedikitnya ada beberapa pesan moral yaitu sang suami tidak paham bagaimana bersikaf kepada seorang istri, hingga sang suami tak bisa menghargai meski setitikpun. Dan istri tidak tahu bagaimana cara berkomunikasi kepada suami, maka dapat disimpulkan bahwa sakinah itu tak mesti harus sama, karena toh setiap individu berbeda-beda namun bagaimana perbedaan bisa dikomunikasikan hingga membentuk satu visi yang sama, bahasa cakepnya tu differences can be united , bisa saja suami suka terong eh istri selalu masaknya jengkol melulu, dan begitupula sebaliknya. Dan terakhir hendaklah keduanya mendekatkan diri kepada Allah, karena dengan kedekatan kepadaNya maka semuanya akan terasa indah meski hanya makan dan tinggal di gubuk seadanya lagi-lagi mengambil kata-kata bang roma hehehe.
           Mungkin itu,,, lagi lagi mungkin jika salah maka maafkanlah anggaplah saya tidak tahu apa-apa tapi sok tahu, ya pada kenyataannya memang saya suka tahu dan tempe #nggaknyambungkalee#
             aku         :  Semoga bisa sakinah bersamanya...suatu saat nanti #senyum#
           pembaca : ?????????

Comments

Popular posts from this blog

ID Card Pesantren Kilat

assalamu'alaikum sobat, lagi-lagi ane dititahkan untuk ngedesain Id card buat pesantren kilat..#cieh kayak kerajaan# it's okay cz masalah ngedesain tu hobi ane tu meski yaaa...aca kadul kesannya nggak bagus2 amat, hehe masih mending lah daripada nggak ada sama sekali. ini dia, eng tereeeenggg.. setelah diedit disana-sini waktu diprint huahhh..lumayan buram! ahehe tapi karena mo dipake besok ya sudah mau tidak mau akhirnya ini di print juga.. hmm ya segitu dulu ceritanya.. Met menunaikan ibadah puasa sobat semoga ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun kemaren :D AMIN...

Training " Gurunya Manusia"

waw really amazing training,I give two thumb for that^^ hayoo siapa yang pernah diajar sama om jin atau sama nyemot? haha..yang jelas bukan ini maksudnya, gurunya manusia yaitu guru yang benar-benar memperlakukan siswanya sesuai dengan perkembangan mereka masing-masing, yang benar-benar memperlakukan siswanya sesuai dengan prinsip kemanusian bukan dengan sistem robot atau sistem paksaan. mungkin sobat semua masih ingat gimana sistem pembelajaran yang ada disekolah-sekolah kita,aha bagi adik-adik yang masih bersekolah dan sekolahnya masih menerapkan sistem robot ini tentu saja masih merasakan betapa tidak kondusifnya pembelajaran dengan sistem tersebut. harus duduk, diam dan memperhatikan guru didepan kelas, bahkan ke toilet pun harus berpikir berkali-kali cz saking takutnya sama si guru. pernah terjadi sama adik kelas ku waktu SD, ngompol didepan kelas karena takut di hukum sama guru *ckckck* ketika kita banyak bertanya dibilang cerewet, banyak gerak dibilang nakal dll. padahal t...

mujahid kecil palestina

Syahid kecil, Mu’taz Nafidz Husein Al-Syarafi dilahirkan di kota Gaza tanggal 02 Oktober 1993. Dibesarkan oleh keluarga mulia yang dikenal dengan pengabdiannya kepada bangsa dan taat beragama. Sebuah keluarga Palestin yang diusir keluar oleh pihak penjajah Israel tahun 1948 seperti keluarga Palestin lainnya keluar dari tanah kelahirannya di daerah Harbea. Keluarga Mu’taz, syahid kecil ini, terdiri daripada ibu, Dr. Su’ad Audah dan empat saudara.Ayahnya meninggal dunia pada tahun 1997, dan Mu’taz adalah anak yang ketiga. Ketika syahid, ia duduk di kelas enam Sekolah Dasar Abu Husein. Ia sering mengatasi pelajar lain di dalam kelasnya, dikenal akan keberaniannya dan kecerdasannya yang cemerlang. Mu’taz kecil sudah dibina sejak kecil untuk mengikuti shalat berjama’ah di masjid, terutama shalat fajar (subuh). Maka ia tergolong sebagai jama’ah tetap di masjid Khalid bin Walid. Cintanya Kepada Jihad dan Syahid Syahid kecil kita ini, Mu’taz, dikenal orang kerana keberaniannya dan pant...